BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan
adalah usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana yang sistematis dalam
upaya memanusiakan manusia. Pendidikan merupakan hak setiap manusia di dunia
karena pada dasarnya pendidikan
merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi oleh setiap manusia. Pendidikan
diperlukan oleh manusia agar secara fungsional manusia diharapkan mampu
memiliki kecerdasan baik kecerdasan intelligence, spiritual maupun emotional
untuk menjalani kehidupannya dengan bertanggung jawab, baik secara pribadi,
sosial maupun profesional.
Sosiologi
Pendidikan adalah ilmu yang mempelajari seluruh aspek pendidikan, baik itu
struktur, dinamika, masalah-masalah pendidikan ataupun aspek-aspek lainnya
secara mendalam melalui analisis atau pendekatan sosiologis. Menurut
Dr.Ellwood, Sosiologi Pendidikan
adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang proses belajar dan mempelajari
antar orang yang satu dengan orang yang lain.[1]
Kamanto
Sunarto (2004) menjelaskan keterkaitan antara pendidikan dan hubungan antar
kelompok. Keilmuan dan kearifan individu melalui tempaan Pendidikan akan dapat
merapatkan dan memecahkan masalah yang timbul dalam hubungan antar kelompok.
Oleh
karena itu, dalam makalah ini penulis akan menguraikan bagaimana Pendidikan dan Hubungan antar kelompok itu sebenarnya. Mencangkup tentang prasangka
dalam hubungan antar kelompok, struktur hubungan antar kelompok dan usaha-usaha
memperbaiki hubungan antar kelompok disekolah.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas di makalah ini
adalah sebagai berikut :
1. Prasangka
dalam hubungan antar kelompok
2. Struktur
hubungan antar kelompok
3. Usaha-usaha
memperbaiki hubungan antar kelompok di sekolah
1.3 Tujuan dan Manfaat
1. Mengetahui
prasangka dalam hubungan antar kelompok
2. Mengetahui
struktur hubungan antar kelompok
3. Mengetahui
usaha-usaha memperbaiki hubungan antar kelompok di sekolah
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pendidikan
Pendidikan
diartikan sebagai usaha yang dijalankan orang lain agar menjadi dewasa atau
mencapai hidup atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental. Beberapa
pengertian menurut para ahli sebagai berikut:
2.1.1 Ki Hadjar Dewantara
Pendidikan
yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka
sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan
kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
2.1.2
Langeveld
Pendidikan
adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang diberikan anak
kepada anak tertuju kepada pendewasaan anak itu, lebih tepatnya membantu anak
agar cukup melaksanakan tugas hidupnya sendiri.
2.1.3
John Dewey
Pendidikan
adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual
dan emosional kearah alam dan sesama manusia.
2.1.4
J.J Rousseau
Pendidikan
adalah memberikan perbekalan yang tidak ada pada masa anak-anak, akan tetapi
kita membutuhkannya pada waktu dewasa.
2.1.5
Menurut UU Nomor 2 Tahun 1989
Pendidikan
adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran, dan latihan bagi peranannya dimasa yang akan datang.
2.1.6
Menurut UU Nomor 20 Tahun 2003
Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, keterampilan,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.
2.2 Pengertian Kelompok
Secara
sosiologi, istilah kelompok mempunyai pengertian sebagai suatu kumpulan dari
orang-orang yang mempunyai hubungan dan berinteraksi, dimana dapat
mengakibatkan tumbuhnya perasaan bersama.
Beberapa
definisi kelompok :
2.2.1
Joseph S. Roucek
Suatu
kelompok meliputi dua atau lebih manusia yang diantara mereka terdapat beberapa
pola interaksi yang dapat dipahami oleh para anggotanya atau orang lain secara
keseluruhan.
2.2.2
Mayor Polak
Kelompok
sosial adalah satu group, yaitu sejumlah orang yang ada antara hubungan satu
sama lain dan hubungan itu bersifat sebagai sebuah struktur.
2.2.3
Wila Huky
Kelompok
merupakan suatu unit yang terdiri dari dua orang atau lebih, yang saling
berinteraksi atau saling berkomunikasi.
Definisi
tersebut dapat disimpulkan bahwa kelompok adalah se-kumpulan dua orang atau
lebih yang saling berinteraksi dan terjadinya timbal balik pada orang tersebut.
A. Klasifikasi
kelompok yang terlibat dalam hubungan antar kelompok
Menurut
Kumanto Sunarto dalam Kinloch (2004), konsep hubungan antar kelompok mencangkup
empat kriteria yaitu fisiologis,
kebudayaan, ekonomi, dan perilaku.
B. Dimensi
hubungan antar kelompok
Hubungan
antar kelompok mempunyai berbagai dimensi. Dalam hubungan ini Kinloch
mengemukakan bahwa faktor yang mempengaruhi kelompok minoritas dapat dikaji
dalam menggunakan enam dimensi berlainan yaitu, dimensi sejarah, dimensi
demografi, dimensi sikap dimensi institusi, dimensi gerakan sosial dan dimensi
tipe utama hubungan antar kelompok.[2] Disini penulis membatasi
pada dimensi sikap (Prasangka). Disamping itu, kelompok terbagi menjadi dua,
Mayoritas dan Minoritas. Mayoritas dapat didefinisikan sebagai suatu kelompok
kekuasaan; kelompok tersebut menganggap dirinya normal, sedangkan kelompok lain
(minoritas) dianggap tidak normal serta lebih rendah karena dinilai mempunyai
ciri tertentu; atas dasar anggapan tersebut kelompok lain itu mengalami
eksploitasi dan diskriminasi. Ciri yang dimaksud adalah fisik, ekonomi, budaya
dan perilaku.[3]
Minoritas diartikan sebagai golongan sosial yang jumlah warganya jauh lebih
kecil jika dibandingkan dengan golongan lain disuatu masyarakat dan karena itu
didiskriminasikan oleh golongan lainnya. Kelompok minoritas adalah kelompok
individu yang tidak dominan dengan ciri khas bangsa, suku bangsa, agama atau
bangsa tertentu yang berbeda dari mayoritas penduduk.
Hubungan
antar kaum mayoritas-minoritas sering menimbulkan konflik sosial yang ditandai
oleh sikap subjektif berupa prasangka dan tingkah laku yang tidak bersahabat.
2.3 Prasangka dalam Hubungan Antar
Kelompok
2.3.1
Pengertian Prasangka
Prasangka
merupakan suatu istilah yang mempunyai berbagai makna. Namun dalam kaitannya
dengan hubungan antar kelompok istilah ini mengacu pada sikap bermusuhan yang
ditunjukan terhadap suatu kelompok tertentu atas dasar dugaan bahwa kelompok
tersebut mempunyai ciri yang tidak menyenangkan.[4] Prasangka berarti membuat
keputusan sebelum mengetahui fakta yang relevan mengenai objek tersebut.
Awalnya
istilah ini merujuk pada penilaian berdasarkan Ras seseorang sebelum memiliki
Informasi yang relevan yang bisa dijadikan dasar Penilaian tersebut. Selanjutnya
prasangka juga diterapkan pada bidang lain selain ras. Pengertiannya sekarang
tidak masuk akal yang tidak terpengaruh oleh alasan rasional.
John
E. Farley mengklarifikasi prasangka terbagi menjadi tiga kategori :
1.1 Prasangka Kognitif, merujuk pada apa yang
dianggap benar
1.2 Prasangka Afektif, merujuk pada apa yang
disukai dan tidak disukai
1.3 Prasangka Konatif, merujuk pada bagaimana
kecenderungan seseorang dalam bertindak
2.3.2
Prasangka sebagai suatu yang dipelajari
Teori
ini memandang prasangka sebagai hasil proses belajar seperti halnya dengan
sikap-sikap lain yang terdapat pada manusia.
2.3.3
Prasangka sebagai alat mencapai tujuan praktis
Prasangka
biasanya digunakan oleh golongan yang dominan untuk menyingkirkan golongan
minoritas dari dunia persaingan. Prasangka digunakan untuk mendapatkan “kambing
hitam” bagi kelemahan dan mencari harga diri pribadi dalam prasangka.
2.3.4
Prasangka sebagai aspek pribadi
Kepribadian
merupakan suatu faktor penting bila kita ingin memahami hakikat dan perkembangan
prasangka.
2.3.5
Pendekatan multi dimensional
Untuk
memahami prasangka harus kita gunakan pendekatan yang multi dimensional. Oleh
sebab itu, prasangka dapat disebabkan oleh bermacam-macam faktor, maka tidak
akan dapat ditemukan satu cara tertentu untuk mengatasinya.
2.4 Struktur Hubungan Antar Kelompok
2.4.1
Struktur Sosial
Setiap
struktur sosial yang muncul didalam kehidupan masyarakat bisa terjadi karena
adanya unsur-unsur sebagai berikut :
2.4.1.1 Individu : Individu sebagai pembentuk masyarakat dalam hal ini
juga bertindak selaku pembentuk struktur sosial pun yang dapat berdiri tanpa
peranan individu –individu dalam masyarakat.
2.4.1.2 Interaksi : Walaupun sederhana, pola
interaksi antar individu dalam masyarakat juga membentuk struktur sosial. Dapat
ditentukan apakah struktur sosial terbentuk mengarah pada integrasi ataupun
disintegrasi.
2.4.2
Struktur hubungan antar kelompok di Sekolah
Sekolah
memusatkan perhatian kepada pendidikan akademis. Salah satu aspek yang perlu
mendapat perhatian ialah memupuk hubungan sosial dikalangan murid. Program
pendidikan antar murid-murid, antar golongan ini bergantung pada struktur
sosial murid-murid. Ada tidaknya golongan minoritas dikalangan mereka
mempengaruhi hubungan antar kelompok itu.
Kebanyakan
negara mempunyai penduduk multi rasial, menganut agama yang berdeba-beda, dan
mengikuti adat kebiasaan yang berlainan. Perbedaan golongan dapat juga
disebabkan oleh perbedaan kedudukan sosial dan ekonomi.
Murid-murid
disekolah sering menunjukan perbedaan asal kesukaan, agama, adat istiadat, dan
kedudukan sosial. Berdasarkan perbedaan-perbedaan itu timbul golongan minoritas
dikalangan murid-murid. Yang tersembunyi ataupun yang nyata-nyata.
Tiap
sekolah mempunyai pola hubungan tertentu antar guru, antar murid, antar guru
dengan murid, yaitu stuktur sosial yang mempengaruhi sikap dan kelakuan murid.
Masyarakat sekolah mempengaruhi anak dalam pergaulannya dengan anggota-anggota
lain dalam masyarakat itu.
Kelompok
dalam sekolah dapat dikategorikan berdasarkan :
1. Stratus
sosial orang tua murid
Tidak
dapat dipungkiri, status sosial dapat mempengaruhi pergaulan seseorang didalam
lingkungan ataupun luar sekolah.
2. Hobi/minat/kegemaran
Kesamaan
dalam hal yang disukai seperti hobi, minat akan cenderung intensif bersama
kelompok yang sama.
3. Intelektualitas
Ada
juga peluang terjadi kelompok-kelompok berdasarkan tingkatan intelektualitas
mereka, meskipun tidak dominan. Orang pintar karena biasanya suka membaca lebih
berada diperpustakaan dari pada dikantin. Kehidupan mereka disekolah
benar-benar padat dengan kegiatan akademis.
4. Jenjang
Kelas
Perbedaan
jenjang kelas ini merupakan faktor dominan. Biasanya senior merasa lebih tua
dan berhak berbuat sesuka hati kepada junior atau adik kelas. Dan junior merasakan
ketakutan dengan senior lebih memilih bergaul dengan teman sebaya. Menyebabkan
pergaulan mereka menjadi kotak-kotak dan kurang harmonis.
5. Agama
Ada
peluang terbentuknya kelompok karena persamaan agama. Kegiatan perayaan dan
peribaratan agama yang mereka anutb sering mempertemukan mereka dalam
kebersamaan dan kepemilikan. Namun, hal ini bukanlah faktor dominan dikalangan
anak sekolahan.
6. Asal
Daerah
Kesamaan
asal daerah juga memberikan peluang bagi ter-bentuknya kelompok disekolah.
Namun, bukan juga merupakan faktor dominan.
2.5 Usaha–Usaha Memperbaiki Hubungan
Antar Kelompok di Sekolah
2.5.1
Menggugah nilai-nilai dan sikap anak-anak secara individual, rasa keadilan,
rasa keagamaan yang mengemukakan kesamaan manusia di hadapan Tuhan. Cara ini
dilakukan memberikan informasi, diskusi kelompok, hubungan pribadi, dan
sebagainya.
2.5.2
Memberikan Informasi tentang sumbangan minoritas kepada masyarakat
2.5.3
Memberikan contoh-contoh tokoh-tokoh besar yang menunjukan toleransi besar
terhadap sesama manusia atau tokoh-tokoh olahraga, musik dan lain-lain dari
kaum minoritas yang membawa keharuman bagi negara berkat prestasi yang
gemilang.
2.5.4
Menggunakan metode sosiodrama atau teknik bermain peran.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Pendidikan
adalah usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana yang sistematis dalam
upaya memanusiakan manusia agar menjadi lebih dewasa dari sebelumnya.
Prasangka
berarti membuat keputusan sebelum mengetahui fakta yang relevan mengenai objek
tersebut. Prasangka dalam hubungan antar kelompok dapat terjadi karena
prasangka bisa dipelajari, sebagai alat mencapai tujuan dan mengenali
kepribadian dirinya.
Struktur
sosial tidak lepas dari individu dan interaksi atar individu dengan individu
lain. Bisa dilihat di lingkungan sekolah, terjadi interaksi murid dengan murid
–murid dan murid dengan guru. Interaksi tersebut sebagai jalan yang terstruktur
dan menghasilkan timbal balik.
3.2 Saran
Menyadari
bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih
fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah diatas dengan sumber-sumber
yang lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggung jawabkan.
Untuk
saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk
menanggapi tentang kesimpulan dari bahasan makalah yang telah dijelaskan.
DAFTAR
PUSTAKA
Sumber Buku :
Ahmadi,
Abu.2007.Sosiologi Pendidikan. Jakarta
: PT.RINEKA CIPTA
Sunarto,Kumanto.2004.Pengantar Sosiologi. Jakarta: Lembaga
Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Sumber Internet :
http://bukunnq.wordpress.com,
di akses 22 maret 2016
http://devidenias.blogspot.co.id,
di akses 20 maret 2016
http://id.m.wikipedia.org,
di akses 23 maret 2016
http://pengertiansosial.com,
di akses 23 maret 2016
http://tugasdk.wordpress.com,
di akses 25 maret 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar