BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Berakhirnya
kedudukan Ali ibn Abi Thalib sebagai khalifah, mengakibatkan lahirnya kekuasaan
berpola dinasti atau kerajaan. Dinasti Bani Umayyah dirintis dan didirikan oleh
Mu’awiyah bin Abi Sufyan yang berpusat di Damaskus (Siria). Bentuk pemerintahan
dinasti atau kerajaan yang cenderung bersifat foedal. Sebelumnya pemerintahan
bersifat demokratis berubah menjadi kerajaan turun temurun (Monarchiheridetis), hanya untuk
mempertahankan kekuasaan, unsur otoriter, kekerasan, diplomasi yang dibumbui
dengan tipu daya dan hilangnya keteladanan Nabi untuk bermusyawarah dalam
menentukan seorang pemimpin. Konstribusi Khilafah Umayyah tidak bisa dianggap
rendah, karena tentang ekspansi atau perluasan wilayah bisa dikatakan berhasil
meskipun ditengah konflik politik kurang mendukung. Hal tersebut Khalifah
Umayyah dikenal dengan masa perluasan wilayah. Masa Abdul Malik Kerajaan Bani
Umayyah dimulai dan berakhir pada masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz.
Sepeninggalan Umar, kekhalifahan ini melemah dan tumbang disebabkan oleh para
khalifah setelahnya mementingkan kepentingan pribadi dari pada kepentingan
rakyatnya. Disamping itu, kemajuan-kemajuan terjadi dibidang kebudayaan,
arsitektur, dan perdagangan yang dicapai pada masa Bani Umayyah.
Oleh
karena itu, pada makalah ini penulis akan membahas masalah sejarah berdirinya
Bani Umayyah, Khalifah-khalifah besar Bani Umayyah, Kemajuan dalam berbagai
bidang, dan penyebab kemunduran Dinasti Bani Umayyah.
B.
Rumusan
Masalah
Adapun
rumusan masalah yang akan dibahas di makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Sejarah
terbentuknya Dinasti Bani Umayyah
2. Pencapaian
Dinasti Bani Umayyah dalam Bidang Ekonomi
3. Kemajuan
dalam Bidang Politik
4. Kemajuan
dalam Bidang Sosial Budaya
5. Kemajuan
dalam Bidang Perluasan Wilayah / Ekspansi
6. Kemajuan
dalam Bidang Ilmu Pengetahuan
7. Penyebab
kemunduran Dinasti Bani Umayyah
C.
Tujuan
Penulisan
1. Untuk
mengetahui sejarah terbentuknya Dinasti Bani Umayyah
2. Untuk
mengetahui Pencapaian Dinasti Bani Umayyah dalam Bidang Ekonomi
3. Untuk
mengetahui Kemajuan dalam Bidang Politik
4. Untuk
mengetahui Kemajuan dalam Bidang Sosial Budaya
5. Untuk
mengetahui Kemajuan dalam Bidang Perluasan Wilayah / Ekspansi
6. Untuk
mengetahui Kemajuan dalam Bidang Ilmu Pengetahuan
7. Untuk
mengetahui Penyebab kemunduran Dinasti Bani Umayyah
D.
Analisis
Pemakalah
BAB
II
SEJARAH
PERADABAN ISLAM
DINASTI
BANI UMAYYAH
A.
Sejarah
Dinasti Bani Umayyah
Khilafah
Rasyidah dipimpin Ali, masa ini dikenal sebagai Khalifah yang menteladani
proses pemilihan para khalifahnya seperti yang dilakukan oleh Nabi, sekarang
disebut demokrasi. Setelah periode ini, kekuasaan diwariskan secara turun
temurun. Khilafah Rasyidah tidak pernah bertindak sendiri ketika negaranya
mengalami kesulitan, mereka menyelesaikan masalah dengan bermusyawarah dengan
khalifah-khalifah besar lainnya.
Menurut
imam As Suyuthi, berdirinya kekuasaan Bani Umayyah dalam Tarikh Al Khulafa, khilafah Hasan Bin Ali memerintah selama 6 bulan
beberapa hari, Muawiyah mendapatkan kekuasaan dengan tidak sah, datang
menemuinya. Setelah itu, Al Hasan mengirimkan utusan untuk menyerahkan
kekuasaan kepada Muawiyah, dengan syarat ketika Muawiyah mangkat, kekuasaan
tersebut diserahkan kembali kepadanya. Muawiyah juga diminta agar tidak
menuntut apapun dari penduduk Madinah, Hijaz, dan Irak atas yang terjadi dimasa
pemerintahan ayahnya. Muawiyah diminta untuk membayar hutang-hutang Al Hasan.
Muawiyah
sepakat, dan terjadilah rekonsilisasi politik dalam sejarah Islam. Perjanjian
ini dapat mempersatu umat Islam kembali dalam satu kepemimpinan politik.
Menyebabkan Mu’awiyah menjadi penguasa absolut dalam Islam. Mu’awiyah adalah
seorang religius dan Muslim taat, menurut pengertian yang lazim dalam islam.[1]
Tahun 41 H (661 M), dikenal dalam sejarah sebagai tahun Jama’ah (‘am jamaah).[2]Peristiwa
ini menjadi pelajaran sangat penting dalam sejarah dan fikih Islam. Menurut
para ulama, Al Hasan mundur dilihat dan didengar oleh para sahabat menjadi
dalil yang diperbolehkan seseorang khalifah sah untuk mundur karena untuk
penyatuan umat islam. Penyerahan kekuasaan Al Hasan kepada Muawiyah yang
mendapatkan kekuasaan tidak sah dihadapan para sahabat, tidak ada penolakan
dari mereka. Dalil lain menyebutkan peristiwa rekonsiliasi ini, kekuasaan Al
Hasan adalah khilafah yang sah, kepada Muawiyah dengan sukarela. Pada umumnya,
sejarah menyebutkan, pemerintahan yang bersifat demokratis berubah menjadi Monarchi-heridetis (kerajaan turun tenurun).[3]
Akan tetapi, yang harus dipahami bahwa sistem yang dijalankan Dinasti Bani
Umayyah pada masa itu tetap menggunakan sistem Kekhilafahan bukan Monarchy.
Karena mereka tetap menjadikan sebagai pengangkatan seorang pemimpin, dan
sistem khilafah, pemimpin tidak akan sah menduduki jabatan ke-Khalifahan tanpa
proses baiat.
Tujuh
syarat menduduki jabatan khilafah yang dapat dianggap sah akad baiat :
1. Khalifah
seorang muslim
Tidak sah jika dipimpin
dan diserahkan kepada orang kafir serta tidak wajib untuk mentaatinya.
2. Khalifah
harus seorang laki-laki
“tidak akan pernah
beruntung suatu kaum yang menyerahkan urusannya kepada perempuan” (HR Al-Bukhari)
3. Khalifah
harus balig
4. Khalifah
harus orang yang berakal
Seseorang yang memiliki
kerusahan akan akal dan kejiwaannya dianggap tidak sah untuk menjadi seorang
pemimpin.
5. Khalifah
harus seorang yang adil
Adil merupakan syarat
yang harus dipenuhi.
6. Khalifah
harus orang merdeka
7. Khalifah
harus orang yang mampu
Seseorang yang memiliki
kemampuan untuk menjalankan amanah keKhalifahan. Merupakan keharusan yang
dituntut dalam baiat.[4]
Konstribusi
Bani Umayyah terhadap ekspansi berhasil karena terjadi ditengah-tengah konflik
politik yang kurang mendukung. Hal tersebut yang menyebabkan masa Khilafah
Muawiyah yang menjadi kekuasaan Bani Umayyah. Suksesi kepemimpinan secara turun
tenurun dimulai ketika Mu’awiyah mewajibkan seluruh rakyatnya menyatakan setia
kepada anaknya, Yazid. Mu’awiyah bermaksud mencontoh monarchi di Persia dan Bizantium. Istilah khalifah tetap digunakan
oleh Mu’awiyah, namun dia memberikan interprestasi baru dalam kata tersebut
untuk mengagungkan jabatan, yaitu “Khilafah Allah” dalam pengertiannya
“penguasa” yang diangkat oleh Allah.[5]
Kekuasaan
keKhilafahan Bani Umayyah berumur kurang lebih 90 tahun. Ibu kota negara
dipindahkan dari Madinah ke Damaskus, tempat ia berkuasa sebagai gubernur
sebelumnya.[6]
Pemerintahan ini berdiri setelah Khilafah Rasyidah dan ditandai dengan
terbunuhnya Ali ibn Thalib pada tahun
40H/661M. Pemerintahan mereka mulai sejak Hasan ibn Ali menyerahkan
kekuasaan pada Muawiyah ibn Abi syufyan pada tanggal 25 Rabiul Awwal 41H/661M.[7]Dan
pemerintahan berakhir dengan kekalahan Khilafah Marwan ibn Muhammad di perang
Zab pada bulan Jumadil Ula tahun 132H/749M.[8]
Dengan demikian, pemerintahan Bani Umayyah berlangsung selama 91 tahun.
Pemerintahan ini dikuasai oleh dua keluarga dan dipimpin 14 orang Khilafah
dengan Damaskus sebagai ibukotanya.[9]
B.
Kemajuan
di Bidang Ekonomi
Pada
masa pemerintahan Umayyah berada ditangan Khilafah Abdul Malik ibn Marwan,
kurang lebih 12 tahun, kondisi Khilafah Umayyah relative stabil.[10]
Kondisi tersebut mendapat dukungan dari Al Hajjaj, seorang panglima penakluk
mekah yang bertangan besi, memimpin wilayah timur yang merupakan provinsi yang sangat
berbahaya dari segi keamanan. Sementara itu, jabatan-jabatan provinsi lain
diberikan kepada keluarga khilafah. Menjelang akhir pemerintahannya berbagai
kegiatan pemerintahan berada ditangan orang yang dipercayainya.
Adanya
kerjasama antara Abdul Malik ibn Marwan dengan Al Hajjaj dimana menghasilkan
pemerintahan yang kuat dengan ditandai peningkatan anggaran pemerintahan untuk
berbagai pekerjaan umum, diantaranya pembangunan sarana prasarana dan
masjid-masjid diberbagai provinsi dan pembangunan Qubbah al-Sahra diatas masjid
Al Aqsa di Jerussalem. Pada masa itu, Hajjaj mengeluarkan dana yang cukup besar
untuk beberapa pembangunan irigasi antara sungai tigris dan eufrat untuk
mengairi lahan yang tidak diolah di Irak. Upaya pembangunan prasarana tersebut
menjadikan pertanian dapat berkembang dengan pesat dengan hasil yang menonjol,
seperti padi, gandum, tebu, jeruk, kapas dan lainnya. Demikian industri kulit
dan tenun mengalami kemajuan yang cukup baik. Hasil tersebut dipasarkan sampai
ke India dan Asia Tengah. Damaskus, Baghdad dan Mekah adalah kota-kota penting
yang menjadi pusat perdagangan.
Pengganti
khilafah Abdul Malik ibn Marwan adalah anaknya, Walid ibn Abdul Malik. Ia
mewariskan kekayaan melimpah dari hasil berbagai penaklukan dan mata uang arab
yang telah dibakukan. Sebab itu, masa pemerintahan Walid dipandang sebagai
puncak kejayaan khilafah Bani Umayyah. Setelah masa kekhilafahan sesudahnya
mulai terlihat mengalami kemerosotan dan tidak terlihat peristiwa-peristiwa yang
dapat memajukan perekonomian. Dizaman walidlah ekspansi militer islam kewilayah
Barat dilakukakan.
C.
Kemajuan
di Bidang Politik
Dalam bidang politik, Khilafah Bani Umayyah
menyusun tata pemerintahan baru, untuk memenuhi tuntutan perkembangan wilayah
dan administrasi kenegaraan yang semakin kompleks. Selain mengangkat majelis
penasehat sebagai pendamping. Khilafah Bani Umayyah dibantu oleh beberapa orang
Sekretaris untuk membantu pelaksanaan tugas, yaitu :
a. Katib
Ar Rasaail, sekretaris yang bertugas menyelenggarakan administrasi dan surat
menyurat dengan pembesar setempat.
b. Katib
Al Kharaj, sekretaris yang bertugas menyelenggarakan penerimaan dan pengeluaran
negara.
c. Katib
Al Jundi, sekretaris yang bertugas menyelenggarakan berbagai hal yang berkaitan
dengan ketentaraan.
d. Katib
As Syurthahk, sekretaris yang bertugas menyelenggarakan pemeliharaan keamanan
dan ketertiban umum.
e. Katib
Al Qaadhi, sekretaris yang bertugas menyelenggarakan tertib hukum melalui
badan-badan peradilan dan hakim setempat.
D.
Kemajuan
di Bidang Sosial Budaya
Dalam bidang sosial budaya, Khilafah
Bani Umayyah telah membuka kontak antar bangsa-bangsa muslim (Arab) dengan
negeri taklukan yang terkenal memiliki tradisi luhur seperti Persia, Mesir,
Eropa dan lainnya. Hubungan terebut melahirkan kreatifitas baru yang
menakjubkan dibidang seni dan ilmu pengetahuan. Bidang seni, terutama seni
pembangunan (Arsitektur), masa ini mencatat suatu pencapaian yang gemilang, seperti
Qubah Al-Sahradi Jerussalem menjadi monument terbaik sehingga tidak
berhenti-henti dikagumi orang. Perhatian terhadap sastra juga meningkat,
terbukti lahirnya tokoh-tokoh besar seperti Al Athal, Farazdag, Jurair, dan
lainnya.
Banyak
yang menganggap negatif dari satu sisi pada masa ini, tetap ada kemajuan yang
menonjol dan mengambil kedudukan yang layak. Bahasa Arab adalah ahli syair dan
penggemarnya (rakyat biasa dan kaya) memberikan kedudukan dari para penyair itu
dengan memberikan hadiah yang cukup besar dan memuaskan.
E.
Kemajuan
dalam Bidang Perluasan Wilayah / Ekspansi
Masa
pemerintahan Bani Umayyah pada usaha perluasan wilayah dan penaklukan yang
terhenti sejak zaman dua Khilafah Rasyidin terakhir menjadi perhatian yang
lebih karena terkenal sebagai suatu era agresif. Dalam jangka waktu 90 tahun,
banyak bangsa diempat penjuru mata angin beramai-ramai masuk kedalam kekuasaan
Islam seperti tanah Spanyol, seluruh wilayah Afrika Utara, Jaziah Arab, Syaria,
Palestina, sebagian wilayah Anatolia, Irak, Afganistan, India, dan negeri yang
sekarang dinamakan Turkmenistan, Uzbekistan, dan Kirgiztan yang termasuk Soviet
Rusia.[11]
Menurut Prof. Ahmad Syalabi, penaklukan militer dizaman Umayyah mencangkup tiga
front, yaitu : (1) Front melawan Bangsa Romawi di Asia kecil menjadi sasaran
utama untuk pengepungan di Ibukota Konstatinopel dan penyerangan kepulau-pulau
di Laut Tengah,(2) Front Afrika Utara menundukan daerah hitam Afrika, pasukan
muslim menyebrangi selat Gibraltar dan masuk ke Spanyol, (3) Front Timur
menghadapi wilayah yang sangat luas, sehingga beroperasi ke jalur Utara
didaerah-daerah disebrang sungai Jihun (Ammu Darya) dan jalur Selatan yang
menyusuri Sind, wilayah India bagian Barat.
Ketika
kedaulatan dipegang oleh Muawiyyah ibn Abi Sofyan dan tahun-tahun terakhir dari
zaman kekuasaan Abdul Malik menjadi ekspansi yang sangat mengesankan pada masa
Bani Umayyah. Pada masa pemerintahan Muawiyyah diraih kemajuan besar dalam
ekspansi, meskipun beberapa tempat masih bersifat rintisan. Peristiwa yang
paling terlihat keberaniannya pada saat mengepung Konstatinopel melalui
ekspedisi yang dipusatkan di Kota Pelabuhan Dardanela, setelah menduduki
pulau-pulau dilaut tengah. Muawiyah juga berhasil menaklukan kekuasaan sampai
ke Sungai Oxus dan Afganistan.
Ekspansi
ke Timur dirintis Muawiyah dan disempurnakan oleh Abul Malik ibn Marwan.
Dibawah perintah Gubernur Irak, Hajjaj ibn Yusuf, tentara kaum muslimin
menyeberangi sungai Ammu Darya dan me-nundukan Balkh, Bukhara, Khawarizm,
Farghana, dan Samarkand. Pasukan islam melalui Makran masuk ke Balukhistan,
Sind dan Punjab sampai ke Multan. Menjadikan Islam petama kalinya menginjakkan
kaki di Bumi India.
F.
Kemajuan
dalam Bidang Ilmu Pengetahuan
Dalam
bidang Ilmu Pengetahuan, menurut Jurji Zaidan (George Zaidan) ada beberapa
kemajuan di bidang ini, yaitu :
a. Pengembangan
Bahasa Arab
Bahasa
Arab dipakai sebagai bahasa resmi Negara. Baik ditanah Arab maupun didaerah
kekuasaan, seperti Roma dan Persia. Pembukuan dan surat-menyurat memakai bahasa
Arab.
b. Marbad
Kota Pusat Kegiatan Ilmu
Khilafah
Bani Umayyah mendirikan sebuah kota kecil yaitu kota satelit dari Damaskus
sebagai pusat kegiatan ilmu pengetahuan dan kebudayaan yang bernama Marbad.
Kota ini menjadi tempat berkumpulnya para Pujangga, Filsuf, Ulama, Penyair, dan
Cendikiawan. Sehingga kota ini diberi gelar
Ukadz-nya Islam.
c. Ilmu
Qiraat
Ilmu
Qiraat adalah ilmu seni baca Al-qur’an. Ilmu Qiraat merupakan ilmu syariat
tertua, dibina sejak zaman Khulafaur Rasyidin, dikembangluaskan pada masa
Khilafah Umayyah sehingga menjadi cabang ilmu syariat yang sangat penting.
Lahirlah para Ahli Al-qur’an ternama seperti Abdullah ibn Qushair (120H) dan
Ashim ibn Nujud (127H).
d. Ilmu
Tafsir
Memahami
Al-qur’an sebagai kitab suci, perlu interpretasi pemahaman secara komprehensif.
Minat untuk menafsirkan Al-qur’an dikalangan umat bertambah dan pada masa
perintisan ilmu tafsir, Mujahid (104 H) adalah ulama yang membukukan ilmu
tafsir.
e. Ilmu
Hadits
Kaum
muslimin yang mempelajari tentang Al-qur’an, ada satu hal yang dibutuhkan,
yaitu ucapan-ucapan Nabi disebut juga Hadits. Oleh sebab itu, dikumpulkan hadis
dan menyelidiki asal usul atau sumber sehingga menjadi satu ilmu hadis yang
berdiri sendiri yang dinamakan ilmu hadits.
f. Ilmu
Fiqih
Pada
masa itu, Islam menjadi Daulah dan para penguasa perlu adanya
peraturan-peraturan untuk menjadikan pedoman dalam menyelesaikan berbagai
masalah. Mereka mengeluarkan syariat dari Al-qur’an dan Hadits untuk mengatur
pemerintahan dan memimpin rakyat. Al-qur’an adalah dasar fiqih Islam dan ahli
fiqih yang terkenal adalah Sa’ud ibn Musib dan Kharijah.
g. Ilmu
Nahwu
Karena
lebih luasnya wilayah islam dan banyak orang ajam(non-Arab) yang masuk islam,
maka ilmu nahwu sangat dibutuhkan, untuk mempelajari bahasa Arab ataupun Islam.
h. Ilmu
Jughrafi dan Tarikh
Ilmu yang dilahirkan pada masa ini,
yakni ilmu Jughrafi (Ilmu geografi) dan ilmu Tarikh (ilmu sejarah). Pada masa
inilah berkembang dan berdiri sendiri.
i.
Usaha penerjemahan
Untuk
kepentingan pembinaan dakwah islamiah, banyak buku-buku dari bahasa dan
literatur lain diterjemahkan. Seperti buku tentang ilmu kimia, ilmu astronomi,
ilmu falak, ilmu fisika dan kedokteran.
G.
Penyebab
kemunduran Dinasti Bani Umayyah
Ada
beberapa faktor yang menyebabkan dinasti Bani Umayyah lemah dan hancur.
Diantara lain adalah :
a. Sistem
pergantian khalifah melalui garis keturunan. Ketidakjelasan sistem pergantian
khalifah ini menyebabkan terjadinya persaingan tidak sehat dikalangan anggota
keluarga istana.
b. Latar
belakang terbentuknya dinasti Bani Umayyah tidak bisa dipisahkan dari konflik –
konflik politik yang terjadi di masa Ali. Sisa – sisa Syi’ah (pengikut Ali) dan
Khawarij menjadi gerakan oposisi, baik secara terbuka awal dan akhir maupun
tersembunyi.
c. Pada
masa kekuatan Bani Umayyah, pertentangan etnis antara suku Arabia Utara (Bani
Qays) dan Arabia Selatan (Bani Kalb) yang sudah ada sejak sebelum Islam makin
meruncing. Perselishan ini mengakibatkan para pengusaha Bani Umayyah
mendapatkan kesulitan untuk menggalang persatuan dan kekuatan.
d. Lemahnya
pemerintahan daulat Bani Umayyah disebabkan oleh sikap hidup mewah dilingkungan
istana sehingga anak-anak khilafah tidak sanggup menanggung beban berat
kenegaraan. Disamping itu, golongan agama merasa kecewa karena kurang perhatian
penguasa terhadap perkembangan agama.
e. Penyebab
langsung tergulingnya kekuasaan dinasti Bani Umayyah adalah munculnya kekuatan
baru yang dipelopori oleh keturunan al-Abbas ibn Abd al-Muthalib.
f. Kekuasaan
wilayah yang sangat luas, tidak sebanding dengan komunikasi yang menyebabkan
keamanan dan kejadian – kejadian yang terjadi dapat dideteksi.
H.
Analisis
pemakalah
Pada
masa Khilafah Rasyidin mulai mengenal peradaban dan mengalami kemajuan dibidang
ekonomi, perluasan wilayah, seni budaya, politik dan ilmu pengetahuan. Prestasi
ini menghasilkan banyak para Ahli dan Ulama baru karena berkembang dan majunya
dibidang Ilmu pengetahuan seperti Tafsir, Fiqih, Hadits, Nahwu, Usaha
Penerjemah, Jughrafi dan Tarikh. Bahasa Arab diperkuat ketika bahasa tersebut
dijadikan bahasa Resmi pemerintahan dan diajarkan kepada kaum muslimin.
Khilafah Bani Umayyah mengalami kemunduran dan penyebabnya adalah sistem
pergantian Khilafah selanjutnya melalui garis keturunan, konflik politik yang
terjadi oleh pengikut Ali, pertengkaran etnis antara suku Arabia Utara dan
Arabia Selatan, hidup mewah para khilafah, konflik keagaaman, komunikasi buruk
dan ancaman dari luar dan penguasan baru.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan
pembahaasan tentang Sejarah Peradaban Islam pada masa Khilafah Umayyah, maka
pada akhir pembahasan kali ini ada beberapa kesimpulan yang dapat kami tarik,
yaitu :
1. Sejarah
awal berdirinya kekhilafahan Bani Umayyah dari berakhirnya masa pemerintahan
khilafah Rasyidin yang dipimpin oleh Ali ibn
Abi Thalib. Kemudian beralih ke Hasan ibn Ali. Namun, Hasan membuat
perjanjian kepada Muawiyah untuk mempersatu umat Islam. Dengan kekuasaannya
Muawiyah, maka kekhalifahan Bani Umayyah dimulai dengan sistem monarcy.
2. Kemajuan
bidang ekonomi ditandai dengan meningkatnya anggaran pemerintahan untuk
berbagai pekerjaan umum, diantaranya pem-bangunan sarana prasarana dan
masjid-masjid diberbagai provinsi dan pembangunan Qubbah al-Sahra di
Jerussalem.
3. Kemajuan
bidang politik, Khilafah Bani Umayyah menyusun tata pemerintahan baru, untuk
memenuhi tuntutan perkembangan wilayah dan administrasi kenegaraan yang semakin
kompleks. Selain mengangkat majelis penasehat sebagai pendamping dan dibantu
oleh beberapa orang Sekretaris untuk membantu pelaksanaan tugas.
4. Kemajuan
bidang sosial budaya, Khilafah Bani Umayyah telah membuka kontak antar
bangsa-bangsa muslim (Arab) dengan negeri taklukan yang terkenal memiliki
tradisi nan luhur seperti Persia, Mesir, Eropa dan lainnya. Hubungan terebut
melahirkan kreatifitas baru yang menakjubkan dibidang seni dan ilmu
pengetahuan.
5. Masa
pemerintahan Bani Umayyah pada usaha perluasan wilayah dan penaklukan yang
terhenti sejak zaman dua Khilafah Rasyidin terakhir menjadi perhatian yang
lebih karena terkenal sebagai suatu era agresif. Dalam jangka waktu 90 tahun,
banyak bangsa diempat penjuru mata angin beramai-ramai masuk kedalam kekuasaan
Islam seperti tanah Spanyol, seluruh wilayah Afrika Utara, Jaziah Arab, Syaria,
Palestina, sebagian wilayah Anatolia, Irak, Afganistan, India, dan negeri yang
sekarang dinamakan Turkmenistan, Uzbekistan, dan Kirgiztan yang termasuk Soviet
Rusia.
6. Kemajuan
dibidang ilmu pengetahuan menurut Jurji Zaidan, seperti : (a) Perkembangan
Bahasa Arab (b) Marbad kota sebagai pusat kegiatan ilmu , dan (c) perkembangan
ilmu Qaraat, Fiqih, Tafsir, Hadits, Nahwu, Usaha Penerjemah, Jughrafi dan
Tarikh .
7. Faktor
penyebab kemuduran Khilafah Bani Umayyah
a. Sistem
pergantian khilafah menjadi garis keturunan atau monarchy.
b. Latarbelakang
terbentuknya Bani Umayyah tidak lepas dari konflik-konflik politik.
c. Pada
masa Khilafah Bani Umayyah pertentangan etnis antara suku Arabia Utara (Bani
Qays) dan Arabia Selatan (Bani Kalb).
d. Lemahnya
khalifah Bani Umayyah disebabkan oleh sikap hidup mewah.
e. Munculnya
kekuatan yang dipelopori oleh keturunan al-Abbas ibn Abd al-Muthalib.
f. Kekuasaan
wilayah yang sangat luas, tidak sebanding dengan komunikasi yang menyebabkan
keamanan dan kejadian–kejadian yang terjadi dapat dideteksi.
B. Saran
Demikianlah pembahasan tentang sejarah
peradaban islam pada masa Khilafah Bani Umayyah yang tentunya dapat dilihat,
dimengerti dari sudut pandang yang berbeda. Penulis menyadari banyak terdapat
kekeliruan dalam penulisan makalah ini, maka penulis mengharapkan masukan dan
kritikan yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Atas
masukan, kritik dan sarannya penulis ucapkan terimakasih.
DAFTAR
PUSTAKA
Al-Usairy,
Ahmad.2003.Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi
Adam hingga
Abadd XX. Jakarta:Akbar
Media Eka Sarana.
Amstrong,Karen.2014.Sejarah Islam.Bandung:PT.Mizan Pustaka.
Istianah.2008.Sejarah Peradaban Islam.Malang:UIN-Malang Press.
Munir, Amin Samsul.2010.Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Amzah.
Rofiq, Choirul.2009.Sejarah Peradaban Islam.Yogyakarta:Nadi Offset.
Tahrir, Hizbut.2006.Struktur Negara Khilafah.Jakarta: HTI-Press.
Yatim,Badri.2001.Sejarah Peradaban Islam.Jakarta:PT.RajaGrafindo
Persada.
[1] Karen Amstrong, Sejarah
Islam ( Bandung: PT. Mizan Pustaka , 2014) hlm. 93
[2] Badri Yatim, Sejarah
Peradaban Islam (Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 2001) hlm. 40
[3] Istianah, Sejarah
Peradaban Islam (Malang :UIN-Malang Press,2008) hlm.43
[4] Hizbut Tahrir, Struktur
Negara Khilafah (Jakarta : HTI-Press,2006) hlm.35
[6] Ibid., hlm.43
[7] Ahmad Al-Usairy, Sejarah
Islam Sejak Zaman Nabi Adam hingga Abadd XX (Jakarta:Akbar Media Eka
Sarana, 2003) hlm. 184
[8] Ibid., hlm.184
[9] Ibid., hlm.185
[11] Samsul Munir Amin, Sejarah
Peradaban Islam (Jakarta: Amzah, 2010) hlm. 129
Tidak ada komentar:
Posting Komentar