Cerpen


Rabu, 15 Oktober 2014

CERPEN - PERJALANAN PERTAMAKU


     Hari ini adalah hari terakhir kita sekolah, dimana siswa-siswi ramai membicarakan tempat dan kegiatan liburan mereka. Mulai antar Daerah, Kota dan Negara. Suasana sekolah berasa seperti pasar induk. Sumpek dengan huru-hara mereka. Sebulan adalah waktu yang lama bagi kita untuk merasakan libur panjang. Termasuk aku, sudah sibuk membuat daftar tempat liburan. Ujian akhir sekolah telah usai, karena masuk dalam peringkat. Pasti keluarga bangga dan akan memberi hadiah diliburanku tahun ini. Mamah belum kasih tahu, kita akan kemana, ketika liburan sekolah tiba. Aku akan menunggu dan menerima dimanapun tempat liburannya, asal bersama keluarga.
     Dari kejauhan, seseorang sedang duduk dibangku Taman. Seseorang itu adalah teman sekelasku. Wajah indahnya tertutup dengan raut wajah murung seperti memikirkan sesuatu. Tidak ada keceriaan tergambar dari wajahnya. Aku menghampiri dan menanyakan apa yang terjadi kepadanya.
“Rina, kamu baik-baik saja?”
Suasana hening terasa. Bagaikan angin tak terasa sejuk.
“Bagaimana hasil ujianmu? Baik nilai rapornya?” tanyaku.
Rina menjawab dengan nada rendah “Baik”
“Liburan bersama keluarga?”
“Insya Allah Talita, keluarga dikampung pasti menunggu kepulanganku.” Rina menjawab datar seperti memikirkan apa ia akan pulang kekampung halamannya.
Tanyaku dengan wajah penasaran “Dimanakah keluargamu?, kamu tidak tinggal bersama mereka?”
“Tidak, disini aku tinggal bersama tante. Sehari semalam perjalanan untuk kesana Talita, di daerah Jawa Timur, Kota Ngawi.” Jawab Rina.
“Ngawi? Ada tempat bersejarah apa disana?”
“Kota Ngawi menjadi salah satu pusat perdagangan dan pelayaran di Jawa Timur dan dijadikan pusat pertahanan Belanda diwilayah  Madiun yaitu Benteng Van Den Bosch” jawabnya.
Rasa penasaranku semakin menjadi, ketika Rina menjelaskan secara detail tempat yang ia beri tahu. Sepertinya Benteng Van Den Bosch akan menjadi daftar liburan akhir tahunku.
“Kenapa Rina, kamu mau kesana?”
“Ingin kesana, mau tahu lebih banyak soal tempat-tempat bersejarah. Aku harus minta ijin kekeluarga kalau pergi tanpa mereka.” Jawabku datar.
“Nanti kita naik Kereta Api.”
“Aku belum pernah, pasti akan menyenangkan jika kita kesana, karena itu adalah pengalaman pertamaku.” Perasaanku tak bisa ditutupi.
“Talita .. talita, kamu biasanya kemana kalau liburan.”
    Dengan persaan malu, akupun menjawab. “sekitar Jakarta , Bandung dan Bali. Itupun menggunakan mobil pribadi dan pesawat, tanpa aku ketahui, pemandangan sekitarku.”
“Baik, kalau kamu mau, besok kita berangkat. Sudah tidak ada kegiatan lagi kan disekolah. Nanti aku minta ijin kepada keluargamu. Supaya mereka tidak khawatir.” Rina meyakinkanku.
“Pesan tiketnya?”
“Itu urusanku, kamu tinggal bawa baju yang akan dibawa,”
“Baik, kalau gitu aku tunggu digerbang perumahanku y. Baru kerumahku untuk ketemu keluarga.”
“Iya Talita.”
     Kita   berjalan  bersama kearah  gerbang sekolah dan  Papah ternyata  sudah  berada  didepan gerbang sekolah. Rina pamit pulang duluan, akupun masuk kedalam mobil.
“Gimana rapor kamu Talita?” tanya papah.
“Alhamdulillah, dapat peringkat pah.” Jawabku nada bahagia.
“Mau kemana liburan kali ini?”
“KeNgawi ya pah.kerumah keluarganya disana. Backpacker naik Kereta Api?’’
“Kamu berani pergi sendiri? Papah bolehin kamu kemana saja, asal selalu berhati-hati.”
“Siap pah, besok teman kerumah buat minta ijin.”
      Papah mengajakku untuk mampir kesupermarket didekat sekolah, buat membeli cemilan dan oleh-oleh untuk keluarga Rina. Aku merasa bersyukur dan sedikit bertanya-tanya, tidak biasanya papah mengijinkan aku pergi tanpa keluarga. Ketika berada didalam supermarket, binggung mau beli apa? Papah hanya tersenyum sambil sesekali bertanya, sudah ketemu barang yang ingin dibeli. Mungkin cemilan ringan perlu dibeli, aku mengambil beberapa cemilan dan menuju kasir.
“Sudah belanjanya Talita?” tanya papah terheran-heran.
“Cukup pah, binggung mau beli apa?”
“Kamera tidak kamu beli?”
“Pakai handphone cukup.”
“Hasil yang kamu dapatkan tidak puas gimana?”
“Nanti kesana lagi saja.” Jawabku tertawa lepas.
“Pakai SLR kakak ipar kamu saja.” Saran papah.
“Iya pah, terimakasih.”
     Perjalanan pulang, papah menyarankan aku untuk membawa baju seperlunya. Supaya barang bawaan tidak terlalu   banyak. Aku berpikiran    demikian, karena berat juga jika barang  yang  aku  bawa terlalu banyak. Sesampainya dirumah, aku langsung menuju kamar  berkemas  untuk  kepergian   besok. Sudah tidak sabar bagaimana rasanya backpacker dan pertama kalinya  naik kereta. Ketika  aku  turun  keruang keluarga, keluargaku sudah menungguku. Kumpul-kumpul keluarga, mamah diam tanpa kata. Suasana hening dan raut kesedihan terasa ketika mamah menanyakan kepergianku untuk menghabiskan waktu liburan diNgawi. Kamipun duduk bersama.
“Kamu mau kemana sayang?” tanya mamah.
“Papah mengijinkan aku keNgawi mah.” jawabku.
“Hati-hati selama disana. Kami mengijinkan kamu pergi karena tahun ini tidak merayakan liburan diluar. Mamah sama papah mau kerumah nenek, sudah lama tidak main kesana.”
“terimakasih mah, pah.” Memeluk mamah dan papah.
__
       Pagi harinya, Rina sudah berada didepan gerbang perumahan. Ia  mengirimkan  pesan  singkat berisi bahwa ia sedang menunggu kedatanganku untuk   menjemputnya. Aku bergegas   menyusulnya   dengan mobil pribadiku. Rina dengan sabarnya, menungguku disana sendirian.
Membuka kaca mobil “Rina, masuk” ajakkanku.
       Menghampiriku dan masuk kedalam mobil. Kami berbincang-bincang mengenai apa saja yang akan kita lakukan  disana. Rina  sepertinya  lebih  tidak sabar, karena  sekalian  bertemu dengan  keluarganya. Sesampainya dirumah, papah dan  mamah   ternyata  sudah  menungguku diruang  makan. Rina dan aku duduk didepan mereka. Makan bersama sambil pamit. Suasana ramah dan kekeluargaan terasa. Sungguh indah. Terasa berat  aku meninggalkan  mereka, walaupun  tak lama. Rina  memberitahukan kita, jadwal keberangkatan  Kereta Api   jam 11 siang. Tak  berapa  lama, kita   berangkat  keStasiun  Senen. Supaya diperjalanan tidak kejebak macet. Jakarta tidak ada kata sepi jalan.
       Sesampainya diStasiun Senen,  mamah kelihatan sedih melepas kepergianku untuk  berlibur. Aku merasa mamah  tidak ingin aku  pergi, karena tidak  pernah  pergi  tanpa keluarga. Liburanku  kali  ini pengalaman pertama untukku pergi sendiri. Suara Kereta Api berbunyi, menandakan sesaat lagi kereta berangkat. Aku dan Rina masuk kedalam gerbong, mencari  tempat   duduk kami. Perasaanku campur  aduk, binggung bercampur senang. Dibalik kaca tempat dudukku, terlihat mamah dan papah dikejauh-    an ketika kereta melaju meninggalkan Stasiun.
“Keren banget pemandangannya.” Terpukau.
“Iya Talita. Kalau sudah sampai jawa tengah dan jawa timur, pasti kamu lebih terpukau.”
“Kita turun diStasiun mana?” tanyaku.
“DiStasiun Madiun. Masih jauh, kita tidur saja.” Saran Rina.
“Baik.” Jawabku.
      Ketika ditengah perjalanan, Rina membangunkanku untuk makan malam. Tidak terasa sudah jam 9 malam. Suasana malam dikereta  sunyi, tenang dan nyaman. Ku check handphone, 14 panggilan tidak terjawab dari mamah. Pasti  mamah khawatir. Aku balas sudah sampai Brebes. Supaya   mamah tidak khawatir  disana. Makan  nasi   prasmanan , roti isi dan susu  hangat  menemani  malamku. Walaupun sederhana tetap terasa istimewa. Subhanallah.
“Beberapa jam lagi, kita sampai.” Ucap Rina
“Cepat sekali.”
“Tidak macet seperti ketika kita naik mobil pribadi kan?” merayuku.
“kamu bisa saja Rina.” balasku.
     Selesai makan, kita melanjutkan istirahat. Karena sekitar jam 5 sampai diStasiun Madiun. Menguras tenaga, turun kereta berdesak-desakkan. Tarik selimut dan kembali tidur. Beberapa jam kemudian, adzan subuh berkumandang. Sesampainya diStasiun jurusan terakhir kita, kita turun dan langsung mencari masjid sekalian mandi. Supaya badan kembali fit. Selesai shalat, naik Metro seperti busmini. Akan mengantarkan kita keNgawi. Aku mengirimkan pesan singkat kemamah, memberitahu bahwa aku sudah sampai di Ngawi. Tidak sabar aku merasakan udara segar didaerah tempat tinggal Rina.
___
      Sesampainya dirumah Rina, keluarga sambut dengan haru dan senang dengan kehadiran kita. Rina memperkenalkan aku kepada keluarganya. Adiknya Rina cepat akrab tidak jaim. Senang berada disini. Rina mengajakku pergi kekolam ikan milik keluarganya, sebelum keluar rumah, aku memberikan oleh-oleh yang kubeli diJakarta kemarin.
     Kolam ikan tidak jauh dari rumah. Melewati sawah yang hijau, suasana pedesaan terasa. Ikan banyak jenisnya didalam kolam yang kita datangi. Turun kekolam dan mengambil ikan dengan tangan kosong. Sangat bahagia seperti hiruk pikuk Jakarta dan pelajaran disekolah hilang. Rina berjanji, besok siang, pergi ketempat yang ingin kukunjungi. Yaitu Benteng Van Den Bosch. Semakin antusiasnya aku selama disini. Berterimakasih kepada Rina, ia tahu kalau baru kali ini aku rasakan. Seperti anak kota turun kedesa.
   Hari ini dapat ikan banyak. Rata-rata ikan mas. Aku rela bermain lumpur dan kotor-kotoran untuk mendapatkan ikan hasil tangkapan sendiri. Sore ini bisa bakar-bakar ikan bersama keluarga. Kita kembali kerumah untuk membersihkan tubuh dan menyiapkan ikan untuk segera dibakar. Handphone berdering, mamah dan papah menanyakan kabarku. Dan titip salam untuk keluarga Rina. Aku menceritakan apa    yang aku lakukan hari ini.
    Menjelang makan malam, mencoba ikan bakar buatan keluarga Rina, sungguh nikmat dan suasana nemambah nafsu makan selama disana. Selesai makan, Rina mengajakku menikmati indahnya malam penuh bintang sambil minum coklat panas dibalkon. Suara jangkrik menemani.
    Sudah larut malam, waktunya istirahat, supaya pagi hari ketika bangun siap pergi berpetualang. Sebelum terlelap, membuka pesan singkat dari kakak, check peralatan buat besok seperti kamera. Dan mengabarkan kakak dan suaminya sedang dirumah nenek. Rinduku kepada nenek teramat menyiksa. Sudah hampir setahun tidak main kerumah nenek. Hanya titp salam mengobati rinduku.
“Ka Kartika, salam buat nenek dan keluarga besar diBandung, Talita tidak bisa pulang kesana.” Ucapku.
“Iya nanti kakak sampaikan salammu kepada nenek.”
“Sudah dulu ya, kamu istirahat sana, sudah larut malam.” Pesan kakak.
“Iya kak.” Jawabku dan mematikan telephone.
Saatnya istirahat. Rasa ngantukku datang. Mengumpulkan tenaga buat besok.
___
    Pagi hari, beres-beres kamar Rina dan sarapan pagi. Jam 10an berangkat ke Benteng Van Den Bosch. Rina mengajak keluarganya juga. Biar suasananya semakin ramai. Sesampainya ditempat tujuan. Suasana tenang, nyaman dan pemandangannya indah setiap sudut aku abadikan dengan kameraku. Akupun tidak lupa mengabadikan kebersamaan Rina dengan keluarganya.
 “Pada abad 19 Kota Ngawi menjadi salah satu pusat perdagangan dan pelayaran di Jawa Timur dan dijadikan pusat pertahanan Belanda diwilayah  Madiun dan sekitarnya  dalam perang Diponegoro ( 1825-1830 ). Perlawanan melawan Belanda yang berkobar didaerah dipimpin oleh kepala daerah setempat seperti di Madiun dipimpin oleh Bupati Kerto Dirjo dan di Ngawi dipimpin oleh Adipati Judodiningrat dan Raden Tumenggung Surodirjo, serta salah satu pengikut pangeran Diponegoro bernama Wirotani. Pada tahun 1825 Ngawi berhasil direbut dan diduduki oleh Belanda.  Untuk mempertahankan kedudukan dan fungsi strategis  Ngawi serta menguasai jalur perdagangan, Pemerintah Hindia –Belanda membangun sebuah Benteng yang selesai pada tahun 1845 yaitu Benteng Van Den Bosch. Benteng ini dihuni tentara Belanda 250 orang bersenjatakan bedil, 6 meriam api dan 60 orang kavaleri dipimpin oleh Van Den Bosch. Didalam benteng ini sendiri terdapat makam K.H Muhammad Nursalim, yaitu salah satu pengikut pangeran Diponegoro yang ditangkap oleh Belanda dan dibawa ke Benteng ini, konon katany K.H Muhammad Nursalim ini adalah orang yang menyebarkan agama islam pertama di Ngawi, dan memiliki kesaktian yang tinggi,yaitu tidak mempan ditembak, oleh karena itu maka beliau dikubur hidup – hidup.” Pemandu wisata menjelaskan setiap sisi sejarah yang ada di Benteng Van Den Bosch.


     Kamipun pulang ketika hari menjelang malam. Karena keesokan hari kita melakukan aktivitas seperti biasanya. Aku ingin membantu Rina berjualan sembako ditoko kecil milik keluarganya. Belajar bahasa dan kebiasaan orang jawa selama aku diNgawi. Supaya ketika aku pulang keJakarta aku punya bahan berita untuk aku ceritakan kekeluarga.
  Suasana dimalam hari, diajak mampir neng lesehan pinggir jalan, menikmati wedang ronde. Sungguh suasana yang tercipta tidak bisa digambarkan. Hanya bisa aku abadikan dikamera. Terasa malam waktu terhenti.
“Gimana wedang rondenya? Hari ini kamu senang?” tanya Rina.
“Terimakasih, aku bahagia, banyak pelajaran yang aku dapat diperjalanan pertamaku.” jawabku sambil tersenyum.
“Nambah nak wedangnya.” tawaran ibunya Rina.
“Terimakasih bu atas tawarannya. Talita sudah kenyang.”

     Banyak pelajaran yang aku dapat disini. Kesederhanaan tidak selamanya buruk. Menikmati apa yang kita dapati dan mensyukuri nikmat itu. Akan terasa istimewa. Walaupun didesa, banyak hal positif dan masih terdapat tempat-tempat bersejarah yang harus kita rawat dan jaga. Itu adalah asset berharga agar kita semakin cinta negeri kita sendiri. Sepulangnya aku dari Ngawi, ingin ku tulis pengalamanku dan berbagi cerita agar orang yang membaca tahu, tempat-tempat bersejarah yang patut dikunjungi.
Terimakasih buat keluargaku, Rina dan keluarganya. Dan ini adalah perjalanan pertamaku yang sangat berkesan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar