Hari ini adalah hari terakhir kita sekolah,
dimana siswa-siswi ramai membicarakan tempat dan kegiatan liburan mereka. Mulai
antar Daerah, Kota dan Negara. Suasana sekolah berasa seperti pasar induk.
Sumpek dengan huru-hara mereka. Sebulan adalah waktu yang lama bagi kita untuk
merasakan libur panjang. Termasuk aku, sudah sibuk membuat daftar tempat
liburan. Ujian akhir sekolah telah usai, karena masuk dalam peringkat. Pasti
keluarga bangga dan akan memberi hadiah diliburanku tahun ini. Mamah belum kasih
tahu, kita akan kemana, ketika liburan sekolah tiba. Aku akan menunggu dan
menerima dimanapun tempat liburannya, asal bersama keluarga.
Dari kejauhan, seseorang sedang duduk
dibangku Taman. Seseorang itu adalah teman sekelasku. Wajah indahnya tertutup
dengan raut wajah murung seperti memikirkan sesuatu. Tidak ada keceriaan
tergambar dari wajahnya. Aku menghampiri dan menanyakan apa yang terjadi
kepadanya.
“Rina,
kamu baik-baik saja?”
Suasana
hening terasa. Bagaikan angin tak terasa sejuk.
“Bagaimana
hasil ujianmu? Baik nilai rapornya?” tanyaku.
Rina
menjawab dengan nada rendah “Baik”
“Liburan bersama keluarga?”
“Insya Allah Talita, keluarga dikampung pasti menunggu kepulanganku.” Rina menjawab datar seperti memikirkan apa ia akan pulang kekampung halamannya.
“Liburan bersama keluarga?”
“Insya Allah Talita, keluarga dikampung pasti menunggu kepulanganku.” Rina menjawab datar seperti memikirkan apa ia akan pulang kekampung halamannya.
Tanyaku
dengan wajah penasaran “Dimanakah keluargamu?, kamu tidak tinggal bersama
mereka?”
“Tidak,
disini aku tinggal bersama tante. Sehari semalam perjalanan untuk kesana Talita,
di daerah Jawa Timur, Kota Ngawi.” Jawab Rina.
“Ngawi?
Ada tempat bersejarah apa disana?”
“Kota Ngawi menjadi salah satu
pusat perdagangan dan pelayaran di Jawa Timur dan dijadikan pusat pertahanan
Belanda diwilayah Madiun yaitu Benteng Van Den Bosch” jawabnya.
Rasa penasaranku semakin menjadi, ketika Rina menjelaskan secara detail tempat yang ia beri tahu. Sepertinya Benteng Van Den Bosch akan menjadi daftar liburan akhir tahunku.
Rasa penasaranku semakin menjadi, ketika Rina menjelaskan secara detail tempat yang ia beri tahu. Sepertinya Benteng Van Den Bosch akan menjadi daftar liburan akhir tahunku.
“Kenapa
Rina, kamu mau kesana?”
“Ingin
kesana, mau tahu lebih banyak soal tempat-tempat bersejarah. Aku harus minta
ijin kekeluarga kalau pergi tanpa mereka.” Jawabku datar.
“Nanti
kita naik Kereta Api.”
“Aku
belum pernah, pasti akan menyenangkan jika kita kesana, karena itu adalah
pengalaman pertamaku.” Perasaanku tak bisa ditutupi.
“Talita
.. talita, kamu biasanya kemana kalau liburan.”
Dengan persaan malu, akupun menjawab.
“sekitar Jakarta , Bandung dan Bali. Itupun menggunakan mobil pribadi dan
pesawat, tanpa aku ketahui, pemandangan sekitarku.”
“Baik, kalau kamu mau, besok kita
berangkat. Sudah tidak ada kegiatan lagi kan disekolah. Nanti aku minta ijin
kepada keluargamu. Supaya mereka tidak khawatir.” Rina meyakinkanku.
“Pesan
tiketnya?”
“Itu urusanku, kamu tinggal bawa baju yang akan dibawa,”
“Itu urusanku, kamu tinggal bawa baju yang akan dibawa,”
“Baik,
kalau gitu aku tunggu digerbang perumahanku y. Baru kerumahku untuk ketemu
keluarga.”
“Iya
Talita.”
Kita berjalan bersama kearah gerbang sekolah dan Papah ternyata sudah berada
didepan gerbang sekolah. Rina pamit
pulang duluan, akupun masuk kedalam mobil.
“Gimana rapor kamu Talita?” tanya papah.
“Alhamdulillah, dapat peringkat pah.” Jawabku nada bahagia.
“Gimana rapor kamu Talita?” tanya papah.
“Alhamdulillah, dapat peringkat pah.” Jawabku nada bahagia.
“Mau
kemana liburan kali ini?”
“KeNgawi
ya pah.kerumah keluarganya disana. Backpacker naik Kereta Api?’’
“Kamu
berani pergi sendiri? Papah bolehin kamu kemana saja, asal selalu
berhati-hati.”
“Siap
pah, besok teman kerumah buat minta ijin.”
Papah mengajakku untuk mampir
kesupermarket didekat sekolah, buat membeli cemilan dan oleh-oleh untuk keluarga
Rina. Aku merasa bersyukur dan sedikit bertanya-tanya, tidak biasanya papah
mengijinkan aku pergi tanpa keluarga. Ketika berada didalam supermarket,
binggung mau beli apa? Papah hanya tersenyum sambil sesekali bertanya, sudah
ketemu barang yang ingin dibeli. Mungkin cemilan ringan perlu dibeli, aku
mengambil beberapa cemilan dan menuju kasir.
“Sudah
belanjanya Talita?” tanya papah terheran-heran.
“Cukup
pah, binggung mau beli apa?”
“Kamera
tidak kamu beli?”
“Pakai
handphone cukup.”
“Hasil
yang kamu dapatkan tidak puas gimana?”
“Nanti kesana lagi saja.” Jawabku tertawa lepas.
“Pakai SLR kakak ipar kamu saja.” Saran papah.
“Nanti kesana lagi saja.” Jawabku tertawa lepas.
“Pakai SLR kakak ipar kamu saja.” Saran papah.
“Iya
pah, terimakasih.”
Perjalanan pulang, papah menyarankan aku untuk membawa baju seperlunya. Supaya barang bawaan tidak terlalu banyak. Aku berpikiran demikian, karena berat juga jika barang yang aku bawa terlalu banyak. Sesampainya dirumah, aku langsung menuju kamar berkemas untuk kepergian besok. Sudah tidak sabar bagaimana rasanya backpacker dan pertama kalinya naik kereta. Ketika aku turun keruang keluarga, keluargaku sudah menungguku. Kumpul-kumpul keluarga, mamah diam tanpa kata. Suasana hening dan raut kesedihan terasa ketika mamah menanyakan kepergianku untuk menghabiskan waktu liburan diNgawi. Kamipun duduk bersama.
Perjalanan pulang, papah menyarankan aku untuk membawa baju seperlunya. Supaya barang bawaan tidak terlalu banyak. Aku berpikiran demikian, karena berat juga jika barang yang aku bawa terlalu banyak. Sesampainya dirumah, aku langsung menuju kamar berkemas untuk kepergian besok. Sudah tidak sabar bagaimana rasanya backpacker dan pertama kalinya naik kereta. Ketika aku turun keruang keluarga, keluargaku sudah menungguku. Kumpul-kumpul keluarga, mamah diam tanpa kata. Suasana hening dan raut kesedihan terasa ketika mamah menanyakan kepergianku untuk menghabiskan waktu liburan diNgawi. Kamipun duduk bersama.
“Kamu
mau kemana sayang?” tanya mamah.
“Papah
mengijinkan aku keNgawi mah.” jawabku.
“Hati-hati selama disana. Kami mengijinkan kamu pergi karena tahun ini tidak merayakan liburan diluar. Mamah sama papah mau kerumah nenek, sudah lama tidak main kesana.”
“Hati-hati selama disana. Kami mengijinkan kamu pergi karena tahun ini tidak merayakan liburan diluar. Mamah sama papah mau kerumah nenek, sudah lama tidak main kesana.”
“terimakasih
mah, pah.” Memeluk mamah dan papah.
__
Pagi harinya, Rina sudah berada didepan
gerbang perumahan. Ia mengirimkan pesan singkat berisi bahwa ia sedang menunggu
kedatanganku untuk menjemputnya. Aku
bergegas menyusulnya dengan
mobil pribadiku. Rina dengan sabarnya, menungguku disana sendirian.
Membuka
kaca mobil “Rina, masuk” ajakkanku.
Menghampiriku dan masuk kedalam mobil.
Kami berbincang-bincang mengenai apa saja yang akan kita lakukan disana. Rina sepertinya lebih tidak sabar, karena sekalian bertemu dengan
keluarganya. Sesampainya dirumah, papah dan mamah
ternyata sudah menungguku diruang makan. Rina dan aku duduk didepan mereka.
Makan bersama sambil pamit. Suasana ramah dan kekeluargaan terasa. Sungguh
indah. Terasa berat aku meninggalkan mereka, walaupun tak lama. Rina memberitahukan kita, jadwal keberangkatan Kereta Api jam 11 siang. Tak berapa lama, kita berangkat keStasiun Senen. Supaya diperjalanan tidak kejebak
macet. Jakarta tidak ada kata sepi jalan.
Sesampainya diStasiun Senen, mamah kelihatan sedih melepas kepergianku untuk berlibur. Aku merasa mamah tidak ingin aku pergi, karena tidak pernah
pergi tanpa keluarga.
Liburanku kali ini pengalaman pertama untukku pergi sendiri.
Suara Kereta Api berbunyi, menandakan sesaat lagi kereta berangkat. Aku dan
Rina masuk kedalam gerbong, mencari
tempat duduk kami. Perasaanku
campur aduk, binggung bercampur senang.
Dibalik kaca tempat dudukku, terlihat mamah dan papah dikejauh- an ketika kereta melaju meninggalkan
Stasiun.
“Keren
banget pemandangannya.” Terpukau.
“Iya
Talita. Kalau sudah sampai jawa tengah dan jawa timur, pasti kamu lebih
terpukau.”
“Kita turun diStasiun mana?” tanyaku.
“DiStasiun Madiun. Masih jauh, kita tidur saja.” Saran Rina.
“Baik.” Jawabku.
“Kita turun diStasiun mana?” tanyaku.
“DiStasiun Madiun. Masih jauh, kita tidur saja.” Saran Rina.
“Baik.” Jawabku.
Ketika ditengah perjalanan, Rina
membangunkanku untuk makan malam. Tidak terasa sudah jam 9 malam. Suasana malam
dikereta sunyi, tenang dan nyaman. Ku
check handphone, 14 panggilan tidak terjawab dari mamah. Pasti mamah khawatir. Aku balas sudah sampai Brebes.
Supaya mamah tidak khawatir disana. Makan nasi prasmanan
, roti isi dan susu hangat menemani malamku. Walaupun sederhana tetap terasa
istimewa. Subhanallah.
“Beberapa
jam lagi, kita sampai.” Ucap Rina
“Cepat
sekali.”
“Tidak
macet seperti ketika kita naik mobil pribadi kan?” merayuku.
“kamu
bisa saja Rina.” balasku.
Selesai makan, kita melanjutkan istirahat.
Karena sekitar jam 5 sampai diStasiun Madiun. Menguras tenaga, turun kereta
berdesak-desakkan. Tarik selimut dan kembali tidur. Beberapa jam kemudian,
adzan subuh berkumandang. Sesampainya diStasiun jurusan terakhir kita, kita
turun dan langsung mencari masjid sekalian mandi. Supaya badan kembali fit.
Selesai shalat, naik Metro seperti busmini. Akan mengantarkan kita keNgawi. Aku
mengirimkan pesan singkat kemamah, memberitahu bahwa aku sudah sampai di Ngawi.
Tidak sabar aku merasakan udara segar didaerah tempat tinggal Rina.
___
Sesampainya dirumah Rina, keluarga sambut
dengan haru dan senang dengan kehadiran kita. Rina memperkenalkan aku kepada
keluarganya. Adiknya Rina cepat akrab tidak jaim. Senang berada disini. Rina
mengajakku pergi kekolam ikan milik keluarganya, sebelum keluar rumah, aku
memberikan oleh-oleh yang kubeli diJakarta kemarin.
Kolam ikan tidak jauh dari rumah. Melewati
sawah yang hijau, suasana pedesaan terasa. Ikan banyak jenisnya didalam kolam
yang kita datangi. Turun kekolam dan mengambil ikan dengan tangan kosong.
Sangat bahagia seperti hiruk pikuk Jakarta dan pelajaran disekolah hilang. Rina
berjanji, besok siang, pergi ketempat yang ingin kukunjungi. Yaitu Benteng Van
Den Bosch. Semakin antusiasnya aku selama disini. Berterimakasih kepada Rina,
ia tahu kalau baru kali ini aku rasakan. Seperti anak kota turun kedesa.
Hari ini dapat ikan banyak. Rata-rata ikan mas. Aku rela bermain lumpur dan
kotor-kotoran untuk mendapatkan ikan hasil tangkapan sendiri. Sore ini bisa
bakar-bakar ikan bersama keluarga. Kita kembali kerumah untuk membersihkan
tubuh dan menyiapkan ikan untuk segera dibakar. Handphone berdering, mamah dan
papah menanyakan kabarku. Dan titip salam untuk keluarga Rina. Aku menceritakan
apa yang aku lakukan hari ini.
Menjelang makan malam, mencoba ikan bakar
buatan keluarga Rina, sungguh nikmat dan suasana nemambah nafsu makan selama
disana. Selesai makan, Rina mengajakku menikmati indahnya malam penuh bintang
sambil minum coklat panas dibalkon. Suara jangkrik menemani.
Sudah larut malam, waktunya
istirahat, supaya pagi hari ketika bangun siap pergi berpetualang. Sebelum terlelap,
membuka pesan singkat dari kakak, check peralatan buat besok seperti kamera. Dan
mengabarkan kakak dan suaminya sedang dirumah nenek. Rinduku kepada nenek
teramat menyiksa. Sudah hampir setahun tidak main kerumah nenek. Hanya titp
salam mengobati rinduku.
“Ka Kartika, salam buat nenek dan
keluarga besar diBandung, Talita tidak bisa pulang kesana.” Ucapku.
“Iya nanti kakak sampaikan
salammu kepada nenek.”
“Sudah dulu ya, kamu istirahat
sana, sudah larut malam.” Pesan kakak.
“Iya kak.” Jawabku dan mematikan
telephone.
Saatnya istirahat. Rasa ngantukku
datang. Mengumpulkan tenaga buat besok.
___
Pagi hari, beres-beres kamar Rina dan sarapan
pagi. Jam 10an berangkat ke Benteng Van Den Bosch. Rina mengajak keluarganya
juga. Biar suasananya semakin ramai. Sesampainya ditempat tujuan. Suasana tenang,
nyaman dan pemandangannya indah setiap sudut aku abadikan dengan kameraku. Akupun
tidak lupa mengabadikan kebersamaan Rina dengan keluarganya.
“Pada abad 19 Kota Ngawi menjadi salah satu
pusat perdagangan dan pelayaran di Jawa Timur dan dijadikan pusat pertahanan
Belanda diwilayah Madiun dan sekitarnya dalam perang Diponegoro (
1825-1830 ). Perlawanan melawan Belanda yang berkobar didaerah dipimpin oleh
kepala daerah setempat seperti di Madiun dipimpin oleh Bupati Kerto Dirjo dan
di Ngawi dipimpin oleh Adipati Judodiningrat dan Raden Tumenggung Surodirjo,
serta salah satu pengikut pangeran Diponegoro bernama Wirotani. Pada tahun 1825
Ngawi berhasil direbut dan diduduki oleh Belanda. Untuk mempertahankan
kedudukan dan fungsi strategis Ngawi serta menguasai jalur perdagangan,
Pemerintah Hindia –Belanda membangun sebuah Benteng yang selesai pada tahun
1845 yaitu Benteng Van Den Bosch. Benteng ini dihuni tentara Belanda 250 orang
bersenjatakan bedil, 6 meriam api dan 60 orang kavaleri dipimpin oleh Van Den
Bosch. Didalam benteng ini sendiri terdapat makam K.H Muhammad Nursalim, yaitu
salah satu pengikut pangeran Diponegoro yang ditangkap oleh Belanda dan dibawa
ke Benteng ini, konon katany K.H Muhammad Nursalim ini adalah orang yang
menyebarkan agama islam pertama di Ngawi, dan memiliki kesaktian yang
tinggi,yaitu tidak mempan ditembak, oleh karena itu maka beliau dikubur hidup –
hidup.” Pemandu wisata menjelaskan setiap sisi sejarah yang ada di Benteng Van
Den Bosch.
Kamipun pulang ketika hari menjelang
malam. Karena keesokan hari kita melakukan aktivitas seperti biasanya. Aku ingin
membantu Rina berjualan sembako ditoko kecil milik keluarganya. Belajar bahasa
dan kebiasaan orang jawa selama aku diNgawi. Supaya ketika aku pulang keJakarta
aku punya bahan berita untuk aku ceritakan kekeluarga.
Suasana dimalam hari, diajak mampir neng lesehan pinggir jalan,
menikmati wedang ronde. Sungguh suasana yang tercipta tidak bisa digambarkan. Hanya
bisa aku abadikan dikamera. Terasa malam waktu terhenti.
“Gimana wedang rondenya? Hari ini kamu senang?” tanya Rina.
“Gimana wedang rondenya? Hari ini kamu senang?” tanya Rina.
“Terimakasih, aku bahagia, banyak
pelajaran yang aku dapat diperjalanan pertamaku.” jawabku sambil tersenyum.
“Nambah nak wedangnya.” tawaran
ibunya Rina.
“Terimakasih bu atas tawarannya.
Talita sudah kenyang.”
Banyak pelajaran yang aku dapat disini. Kesederhanaan
tidak selamanya buruk. Menikmati apa yang kita dapati dan mensyukuri nikmat
itu. Akan terasa istimewa. Walaupun didesa, banyak hal positif dan masih
terdapat tempat-tempat bersejarah yang harus kita rawat dan jaga. Itu adalah asset
berharga agar kita semakin cinta negeri kita sendiri. Sepulangnya aku dari
Ngawi, ingin ku tulis pengalamanku dan berbagi cerita agar orang yang membaca
tahu, tempat-tempat bersejarah yang patut dikunjungi.
Terimakasih buat keluargaku, Rina dan keluarganya. Dan ini adalah perjalanan pertamaku yang sangat berkesan.
Terimakasih buat keluargaku, Rina dan keluarganya. Dan ini adalah perjalanan pertamaku yang sangat berkesan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar