Cerpen


Jumat, 06 Mei 2016

PENDIDIKAN DAN HUBUNGAN ANTAR KELOMPOK

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana yang sistematis dalam upaya memanusiakan manusia. Pendidikan merupakan hak setiap manusia di dunia karena pada dasarnya  pendidikan merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi oleh setiap manusia. Pendidikan diperlukan oleh manusia agar secara fungsional manusia diharapkan mampu memiliki kecerdasan baik kecerdasan intelligence, spiritual maupun emotional untuk menjalani kehidupannya dengan bertanggung jawab, baik secara pribadi, sosial maupun profesional.
Sosiologi Pendidikan adalah ilmu yang mempelajari seluruh aspek pendidikan, baik itu struktur, dinamika, masalah-masalah pendidikan ataupun aspek-aspek lainnya secara mendalam melalui analisis atau pendekatan sosiologis. Menurut Dr.Ellwood, Sosiologi Pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang proses belajar dan mempelajari antar orang yang satu dengan orang yang lain.[1]
Kamanto Sunarto (2004) menjelaskan keterkaitan antara pendidikan dan hubungan antar kelompok. Keilmuan dan kearifan individu melalui tempaan Pendidikan akan dapat merapatkan dan memecahkan masalah yang timbul dalam hubungan antar kelompok.
Oleh karena itu, dalam makalah ini penulis akan menguraikan bagaimana Pendidikan dan Hubungan antar kelompok itu sebenarnya. Mencangkup tentang prasangka dalam hubungan antar kelompok, struktur hubungan antar kelompok dan usaha-usaha memperbaiki hubungan antar kelompok disekolah.

1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas di makalah ini adalah sebagai berikut :
1.    Prasangka dalam hubungan antar kelompok
2.    Struktur hubungan antar kelompok
3.    Usaha-usaha memperbaiki hubungan antar kelompok di sekolah

1.3 Tujuan dan Manfaat
1.    Mengetahui prasangka dalam hubungan antar kelompok
2.    Mengetahui struktur hubungan antar kelompok
3.    Mengetahui usaha-usaha memperbaiki hubungan antar kelompok di sekolah





















BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pendidikan
Pendidikan diartikan sebagai usaha yang dijalankan orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai hidup atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental. Beberapa pengertian menurut para ahli sebagai berikut:
2.1.1   Ki Hadjar Dewantara
Pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
2.1.2   Langeveld
Pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang diberikan anak kepada anak tertuju kepada pendewasaan anak itu, lebih tepatnya membantu anak agar cukup melaksanakan tugas hidupnya sendiri.
2.1.3   John Dewey
Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional kearah alam dan sesama manusia.
2.1.4   J.J Rousseau
Pendidikan adalah memberikan perbekalan yang tidak ada pada masa anak-anak, akan tetapi kita membutuhkannya pada waktu dewasa.




2.1.5   Menurut UU Nomor 2 Tahun 1989
Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan bagi peranannya dimasa yang akan datang.
2.1.6   Menurut UU Nomor 20 Tahun 2003
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, keterampilan, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
2.2 Pengertian Kelompok
Secara sosiologi, istilah kelompok mempunyai pengertian sebagai suatu kumpulan dari orang-orang yang mempunyai hubungan dan berinteraksi, dimana dapat mengakibatkan tumbuhnya perasaan bersama.
Beberapa definisi kelompok :
2.2.1 Joseph S. Roucek
Suatu kelompok meliputi dua atau lebih manusia yang diantara mereka terdapat beberapa pola interaksi yang dapat dipahami oleh para anggotanya atau orang lain secara keseluruhan.
2.2.2 Mayor Polak
Kelompok sosial adalah satu group, yaitu sejumlah orang yang ada antara hubungan satu sama lain dan hubungan itu bersifat sebagai sebuah struktur.
2.2.3 Wila Huky
Kelompok merupakan suatu unit yang terdiri dari dua orang atau lebih, yang saling berinteraksi atau saling berkomunikasi.
Definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kelompok adalah se-kumpulan dua orang atau lebih yang saling berinteraksi dan terjadinya timbal balik pada orang tersebut.
A.   Klasifikasi kelompok yang terlibat dalam hubungan antar kelompok
Menurut Kumanto Sunarto dalam Kinloch (2004), konsep hubungan antar kelompok mencangkup empat kriteria yaitu fisiologis, kebudayaan, ekonomi, dan perilaku.
B.   Dimensi hubungan antar kelompok
Hubungan antar kelompok mempunyai berbagai dimensi. Dalam hubungan ini Kinloch mengemukakan bahwa faktor yang mempengaruhi kelompok minoritas dapat dikaji dalam menggunakan enam dimensi berlainan yaitu, dimensi sejarah, dimensi demografi, dimensi sikap dimensi institusi, dimensi gerakan sosial dan dimensi tipe utama hubungan antar kelompok.[2] Disini penulis membatasi pada dimensi sikap (Prasangka). Disamping itu, kelompok terbagi menjadi dua, Mayoritas dan Minoritas. Mayoritas dapat didefinisikan sebagai suatu kelompok kekuasaan; kelompok tersebut menganggap dirinya normal, sedangkan kelompok lain (minoritas) dianggap tidak normal serta lebih rendah karena dinilai mempunyai ciri tertentu; atas dasar anggapan tersebut kelompok lain itu mengalami eksploitasi dan diskriminasi. Ciri yang dimaksud adalah fisik, ekonomi, budaya dan perilaku.[3] Minoritas diartikan sebagai golongan sosial yang jumlah warganya jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan golongan lain disuatu masyarakat dan karena itu didiskriminasikan oleh golongan lainnya. Kelompok minoritas adalah kelompok individu yang tidak dominan dengan ciri khas bangsa, suku bangsa, agama atau bangsa tertentu yang berbeda dari mayoritas penduduk.
Hubungan antar kaum mayoritas-minoritas sering menimbulkan konflik sosial yang ditandai oleh sikap subjektif berupa prasangka dan tingkah laku yang tidak bersahabat.
2.3 Prasangka dalam Hubungan Antar Kelompok
2.3.1 Pengertian Prasangka
Prasangka merupakan suatu istilah yang mempunyai berbagai makna. Namun dalam kaitannya dengan hubungan antar kelompok istilah ini mengacu pada sikap bermusuhan yang ditunjukan terhadap suatu kelompok tertentu atas dasar dugaan bahwa kelompok tersebut mempunyai ciri yang tidak menyenangkan.[4] Prasangka berarti membuat keputusan sebelum mengetahui fakta yang relevan mengenai objek tersebut.
Awalnya istilah ini merujuk pada penilaian berdasarkan Ras seseorang sebelum memiliki Informasi yang relevan yang bisa dijadikan dasar Penilaian tersebut. Selanjutnya prasangka juga diterapkan pada bidang lain selain ras. Pengertiannya sekarang tidak masuk akal yang tidak terpengaruh oleh alasan rasional.
John E. Farley mengklarifikasi prasangka terbagi menjadi tiga kategori :
1.1       Prasangka Kognitif, merujuk pada apa yang dianggap benar
1.2       Prasangka Afektif, merujuk pada apa yang disukai dan tidak disukai
1.3       Prasangka Konatif, merujuk pada bagaimana kecenderungan seseorang dalam bertindak
2.3.2 Prasangka sebagai suatu yang dipelajari
Teori ini memandang prasangka sebagai hasil proses belajar seperti halnya dengan sikap-sikap lain yang terdapat pada manusia.

2.3.3 Prasangka sebagai alat mencapai tujuan praktis
Prasangka biasanya digunakan oleh golongan yang dominan untuk menyingkirkan golongan minoritas dari dunia persaingan. Prasangka digunakan untuk mendapatkan “kambing hitam” bagi kelemahan dan mencari harga diri pribadi dalam prasangka.
2.3.4 Prasangka sebagai aspek pribadi
Kepribadian merupakan suatu faktor penting bila kita ingin memahami hakikat dan perkembangan prasangka.
2.3.5 Pendekatan multi dimensional
Untuk memahami prasangka harus kita gunakan pendekatan yang multi dimensional. Oleh sebab itu, prasangka dapat disebabkan oleh bermacam-macam faktor, maka tidak akan dapat ditemukan satu cara tertentu untuk mengatasinya.
2.4 Struktur Hubungan Antar Kelompok
2.4.1 Struktur Sosial
Setiap struktur sosial yang muncul didalam kehidupan masyarakat bisa terjadi karena adanya unsur-unsur  sebagai berikut :
2.4.1.1 Individu : Individu  sebagai pembentuk masyarakat dalam hal ini juga bertindak selaku pembentuk struktur sosial pun yang dapat berdiri tanpa peranan individu –individu dalam masyarakat.
2.4.1.2 Interaksi : Walaupun sederhana, pola interaksi antar individu dalam masyarakat juga membentuk struktur sosial. Dapat ditentukan apakah struktur sosial terbentuk mengarah pada integrasi ataupun disintegrasi.
2.4.2 Struktur hubungan antar kelompok di Sekolah
Sekolah memusatkan perhatian kepada pendidikan akademis. Salah satu aspek yang perlu mendapat perhatian ialah memupuk hubungan sosial dikalangan murid. Program pendidikan antar murid-murid, antar golongan ini bergantung pada struktur sosial murid-murid. Ada tidaknya golongan minoritas dikalangan mereka mempengaruhi hubungan antar kelompok itu.
Kebanyakan negara mempunyai penduduk multi rasial, menganut agama yang berdeba-beda, dan mengikuti adat kebiasaan yang berlainan. Perbedaan golongan dapat juga disebabkan oleh perbedaan kedudukan sosial dan ekonomi.
Murid-murid disekolah sering menunjukan perbedaan asal kesukaan, agama, adat istiadat, dan kedudukan sosial. Berdasarkan perbedaan-perbedaan itu timbul golongan minoritas dikalangan murid-murid. Yang tersembunyi ataupun yang nyata-nyata.
Tiap sekolah mempunyai pola hubungan tertentu antar guru, antar murid, antar guru dengan murid, yaitu stuktur sosial yang mempengaruhi sikap dan kelakuan murid. Masyarakat sekolah mempengaruhi anak dalam pergaulannya dengan anggota-anggota lain dalam masyarakat itu.
Kelompok dalam sekolah dapat dikategorikan berdasarkan :
1.    Stratus sosial orang tua murid
Tidak dapat dipungkiri, status sosial dapat mempengaruhi pergaulan seseorang didalam lingkungan ataupun luar sekolah.
2.    Hobi/minat/kegemaran
Kesamaan dalam hal yang disukai seperti hobi, minat akan cenderung intensif bersama kelompok yang sama.
3.    Intelektualitas
Ada juga peluang terjadi kelompok-kelompok berdasarkan tingkatan intelektualitas mereka, meskipun tidak dominan. Orang pintar karena biasanya suka membaca lebih berada diperpustakaan dari pada dikantin. Kehidupan mereka disekolah benar-benar padat dengan kegiatan akademis.
4.    Jenjang Kelas
Perbedaan jenjang kelas ini merupakan faktor dominan. Biasanya senior merasa lebih tua dan berhak berbuat sesuka hati kepada junior atau adik kelas. Dan junior merasakan ketakutan dengan senior lebih memilih bergaul dengan teman sebaya. Menyebabkan pergaulan mereka menjadi kotak-kotak dan kurang harmonis.
5.    Agama
Ada peluang terbentuknya kelompok karena persamaan agama. Kegiatan perayaan dan peribaratan agama yang mereka anutb sering mempertemukan mereka dalam kebersamaan dan kepemilikan. Namun, hal ini bukanlah faktor dominan dikalangan anak sekolahan.
6.    Asal Daerah
Kesamaan asal daerah juga memberikan peluang bagi ter-bentuknya kelompok disekolah. Namun, bukan juga merupakan faktor dominan.
2.5 Usaha–Usaha Memperbaiki Hubungan Antar Kelompok di Sekolah
2.5.1 Menggugah nilai-nilai dan sikap anak-anak secara individual, rasa keadilan, rasa keagamaan yang mengemukakan kesamaan manusia di hadapan Tuhan. Cara ini dilakukan memberikan informasi, diskusi kelompok, hubungan pribadi, dan sebagainya.
2.5.2 Memberikan Informasi tentang sumbangan minoritas kepada masyarakat
2.5.3 Memberikan contoh-contoh tokoh-tokoh besar yang menunjukan toleransi besar terhadap sesama manusia atau tokoh-tokoh olahraga, musik dan lain-lain dari kaum minoritas yang membawa keharuman bagi negara berkat prestasi yang gemilang.
2.5.4 Menggunakan metode sosiodrama atau teknik bermain peran.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pendidikan adalah usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana yang sistematis dalam upaya memanusiakan manusia agar menjadi lebih dewasa dari sebelumnya.
Prasangka berarti membuat keputusan sebelum mengetahui fakta yang relevan mengenai objek tersebut. Prasangka dalam hubungan antar kelompok dapat terjadi karena prasangka bisa dipelajari, sebagai alat mencapai tujuan dan mengenali kepribadian dirinya.
Struktur sosial tidak lepas dari individu dan interaksi atar individu dengan individu lain. Bisa dilihat di lingkungan sekolah, terjadi interaksi murid dengan murid –murid dan murid dengan guru. Interaksi tersebut sebagai jalan yang terstruktur dan menghasilkan timbal balik.
3.2 Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah diatas dengan sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggung jawabkan.
Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk menanggapi tentang kesimpulan dari bahasan makalah yang telah dijelaskan.





DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku :

Ahmadi, Abu.2007.Sosiologi Pendidikan. Jakarta : PT.RINEKA CIPTA
Sunarto,Kumanto.2004.Pengantar Sosiologi. Jakarta: Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Sumber Internet :

http://bukunnq.wordpress.com, di akses 22 maret 2016
http://devidenias.blogspot.co.id, di akses 20 maret 2016
http://id.m.wikipedia.org, di akses 23 maret 2016
http://pengertiansosial.com, di akses 23 maret 2016
http://tugasdk.wordpress.com, di akses 25 maret 2016



[1] Abu Ahmadi, Sosiologi Pendidikan (Jakarta : PT. RINEKA CIPTA, 2007) hlm. 7
[2] Kamanto Sunarto.Pengantar Sosiologi.(Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2004) hlm.142
[3] Ibid., hlm.143
[4] Ibid., hlm.151

Tidak ada komentar:

Posting Komentar