Cerpen


Jumat, 06 Mei 2016

SEJARAH PERADABAN ISLAM - DINASTI BANI UMAYYAH

BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Berakhirnya kedudukan Ali ibn Abi Thalib sebagai khalifah, mengakibatkan lahirnya kekuasaan berpola dinasti atau kerajaan. Dinasti Bani Umayyah dirintis dan didirikan oleh Mu’awiyah bin Abi Sufyan yang berpusat di Damaskus (Siria). Bentuk pemerintahan dinasti atau kerajaan yang cenderung bersifat foedal. Sebelumnya pemerintahan bersifat demokratis berubah menjadi kerajaan turun temurun (Monarchiheridetis), hanya untuk mempertahankan kekuasaan, unsur otoriter, kekerasan, diplomasi yang dibumbui dengan tipu daya dan hilangnya keteladanan Nabi untuk bermusyawarah dalam menentukan seorang pemimpin. Konstribusi Khilafah Umayyah tidak bisa dianggap rendah, karena tentang ekspansi atau perluasan wilayah bisa dikatakan berhasil meskipun ditengah konflik politik kurang mendukung. Hal tersebut Khalifah Umayyah dikenal dengan masa perluasan wilayah. Masa Abdul Malik Kerajaan Bani Umayyah dimulai dan berakhir pada masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz. Sepeninggalan Umar, kekhalifahan ini melemah dan tumbang disebabkan oleh para khalifah setelahnya mementingkan kepentingan pribadi dari pada kepentingan rakyatnya. Disamping itu, kemajuan-kemajuan terjadi dibidang kebudayaan, arsitektur, dan perdagangan yang dicapai pada masa Bani Umayyah.
Oleh karena itu, pada makalah ini penulis akan membahas masalah sejarah berdirinya Bani Umayyah, Khalifah-khalifah besar Bani Umayyah, Kemajuan dalam berbagai bidang, dan penyebab kemunduran Dinasti Bani Umayyah.





B.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas di makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Sejarah terbentuknya Dinasti Bani Umayyah
2.      Pencapaian Dinasti Bani Umayyah dalam Bidang Ekonomi
3.      Kemajuan dalam Bidang Politik
4.      Kemajuan dalam Bidang Sosial Budaya
5.      Kemajuan dalam Bidang Perluasan Wilayah / Ekspansi
6.      Kemajuan dalam Bidang Ilmu Pengetahuan
7.      Penyebab kemunduran Dinasti Bani Umayyah

C.    Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui sejarah terbentuknya Dinasti Bani Umayyah
2.      Untuk mengetahui Pencapaian Dinasti Bani Umayyah dalam Bidang Ekonomi
3.      Untuk mengetahui Kemajuan dalam Bidang Politik
4.      Untuk mengetahui Kemajuan dalam Bidang Sosial Budaya
5.      Untuk mengetahui Kemajuan dalam Bidang Perluasan Wilayah / Ekspansi
6.      Untuk mengetahui Kemajuan dalam Bidang Ilmu Pengetahuan
7.      Untuk mengetahui Penyebab kemunduran Dinasti Bani Umayyah

D.    Analisis Pemakalah








BAB II
SEJARAH PERADABAN ISLAM
DINASTI BANI UMAYYAH

A.    Sejarah Dinasti Bani Umayyah
Khilafah Rasyidah dipimpin Ali, masa ini dikenal sebagai Khalifah yang menteladani proses pemilihan para khalifahnya seperti yang dilakukan oleh Nabi, sekarang disebut demokrasi. Setelah periode ini, kekuasaan diwariskan secara turun temurun. Khilafah Rasyidah tidak pernah bertindak sendiri ketika negaranya mengalami kesulitan, mereka menyelesaikan masalah dengan bermusyawarah dengan khalifah-khalifah besar lainnya.
Menurut imam As Suyuthi, berdirinya kekuasaan Bani Umayyah dalam Tarikh Al Khulafa, khilafah Hasan Bin Ali memerintah selama 6 bulan beberapa hari, Muawiyah mendapatkan kekuasaan dengan tidak sah, datang menemuinya. Setelah itu, Al Hasan mengirimkan utusan untuk menyerahkan kekuasaan kepada Muawiyah, dengan syarat ketika Muawiyah mangkat, kekuasaan tersebut diserahkan kembali kepadanya. Muawiyah juga diminta agar tidak menuntut apapun dari penduduk Madinah, Hijaz, dan Irak atas yang terjadi dimasa pemerintahan ayahnya. Muawiyah diminta untuk membayar hutang-hutang Al Hasan.
Muawiyah sepakat, dan terjadilah rekonsilisasi politik dalam sejarah Islam. Perjanjian ini dapat mempersatu umat Islam kembali dalam satu kepemimpinan politik. Menyebabkan Mu’awiyah menjadi penguasa absolut dalam Islam. Mu’awiyah adalah seorang religius dan Muslim taat, menurut pengertian yang lazim dalam islam.[1] Tahun 41 H (661 M), dikenal dalam sejarah sebagai tahun Jama’ah (‘am jamaah).[2]Peristiwa ini menjadi pelajaran sangat penting dalam sejarah dan fikih Islam. Menurut para ulama, Al Hasan mundur dilihat dan didengar oleh para sahabat menjadi dalil yang diperbolehkan seseorang khalifah sah untuk mundur karena untuk penyatuan umat islam. Penyerahan kekuasaan Al Hasan kepada Muawiyah yang mendapatkan kekuasaan tidak sah dihadapan para sahabat, tidak ada penolakan dari mereka. Dalil lain menyebutkan peristiwa rekonsiliasi ini, kekuasaan Al Hasan adalah khilafah yang sah, kepada Muawiyah dengan sukarela. Pada umumnya, sejarah menyebutkan, pemerintahan yang bersifat demokratis berubah menjadi Monarchi-heridetis (kerajaan turun tenurun).[3] Akan tetapi, yang harus dipahami bahwa sistem yang dijalankan Dinasti Bani Umayyah pada masa itu tetap menggunakan sistem Kekhilafahan bukan Monarchy. Karena mereka tetap menjadikan sebagai pengangkatan seorang pemimpin, dan sistem khilafah, pemimpin tidak akan sah menduduki jabatan ke-Khalifahan tanpa proses baiat.
Tujuh syarat menduduki jabatan khilafah yang dapat dianggap sah akad baiat :
1.      Khalifah seorang muslim
Tidak sah jika dipimpin dan diserahkan kepada orang kafir serta tidak wajib untuk mentaatinya.
2.      Khalifah harus seorang laki-laki
“tidak akan pernah beruntung suatu kaum yang menyerahkan urusannya kepada perempuan” (HR Al-Bukhari)
3.      Khalifah harus balig
4.      Khalifah harus orang yang berakal
Seseorang yang memiliki kerusahan akan akal dan kejiwaannya dianggap tidak sah untuk menjadi seorang pemimpin.
5.      Khalifah harus seorang yang adil
Adil merupakan syarat yang harus dipenuhi.
6.      Khalifah harus orang merdeka
7.      Khalifah harus orang yang mampu
Seseorang yang memiliki kemampuan untuk menjalankan amanah keKhalifahan. Merupakan keharusan yang dituntut dalam baiat.[4]
Konstribusi Bani Umayyah terhadap ekspansi berhasil karena terjadi ditengah-tengah konflik politik yang kurang mendukung. Hal tersebut yang menyebabkan masa Khilafah Muawiyah yang menjadi kekuasaan Bani Umayyah. Suksesi kepemimpinan secara turun tenurun dimulai ketika Mu’awiyah mewajibkan seluruh rakyatnya menyatakan setia kepada anaknya, Yazid. Mu’awiyah bermaksud mencontoh monarchi di Persia dan Bizantium. Istilah khalifah tetap digunakan oleh Mu’awiyah, namun dia memberikan interprestasi baru dalam kata tersebut untuk mengagungkan jabatan, yaitu “Khilafah Allah” dalam pengertiannya “penguasa” yang diangkat oleh Allah.[5]
Kekuasaan keKhilafahan Bani Umayyah berumur kurang lebih 90 tahun. Ibu kota negara dipindahkan dari Madinah ke Damaskus, tempat ia berkuasa sebagai gubernur sebelumnya.[6] Pemerintahan ini berdiri setelah Khilafah Rasyidah dan ditandai dengan terbunuhnya Ali ibn Thalib pada tahun  40H/661M. Pemerintahan mereka mulai sejak Hasan ibn Ali menyerahkan kekuasaan pada Muawiyah ibn Abi syufyan pada tanggal 25 Rabiul Awwal 41H/661M.[7]Dan pemerintahan berakhir dengan kekalahan Khilafah Marwan ibn Muhammad di perang Zab pada bulan Jumadil Ula tahun 132H/749M.[8] Dengan demikian, pemerintahan Bani Umayyah berlangsung selama 91 tahun. Pemerintahan ini dikuasai oleh dua keluarga dan dipimpin 14 orang Khilafah dengan Damaskus sebagai ibukotanya.[9]



B.     Kemajuan di Bidang Ekonomi
Pada masa pemerintahan Umayyah berada ditangan Khilafah Abdul Malik ibn Marwan, kurang lebih 12 tahun, kondisi Khilafah Umayyah relative stabil.[10] Kondisi tersebut mendapat dukungan dari Al Hajjaj, seorang panglima penakluk mekah yang bertangan besi, memimpin wilayah timur yang merupakan provinsi yang sangat berbahaya dari segi keamanan. Sementara itu, jabatan-jabatan provinsi lain diberikan kepada keluarga khilafah. Menjelang akhir pemerintahannya berbagai kegiatan pemerintahan berada ditangan orang yang dipercayainya.
Adanya kerjasama antara Abdul Malik ibn Marwan dengan Al Hajjaj dimana menghasilkan pemerintahan yang kuat dengan ditandai peningkatan anggaran pemerintahan untuk berbagai pekerjaan umum, diantaranya pembangunan sarana prasarana dan masjid-masjid diberbagai provinsi dan pembangunan Qubbah al-Sahra diatas masjid Al Aqsa di Jerussalem. Pada masa itu, Hajjaj mengeluarkan dana yang cukup besar untuk beberapa pembangunan irigasi antara sungai tigris dan eufrat untuk mengairi lahan yang tidak diolah di Irak. Upaya pembangunan prasarana tersebut menjadikan pertanian dapat berkembang dengan pesat dengan hasil yang menonjol, seperti padi, gandum, tebu, jeruk, kapas dan lainnya. Demikian industri kulit dan tenun mengalami kemajuan yang cukup baik. Hasil tersebut dipasarkan sampai ke India dan Asia Tengah. Damaskus, Baghdad dan Mekah adalah kota-kota penting yang menjadi pusat perdagangan.
Pengganti khilafah Abdul Malik ibn Marwan adalah anaknya, Walid ibn Abdul Malik. Ia mewariskan kekayaan melimpah dari hasil berbagai penaklukan dan mata uang arab yang telah dibakukan. Sebab itu, masa pemerintahan Walid dipandang sebagai puncak kejayaan khilafah Bani Umayyah. Setelah masa kekhilafahan sesudahnya mulai terlihat mengalami kemerosotan dan tidak terlihat peristiwa-peristiwa yang dapat memajukan perekonomian. Dizaman walidlah ekspansi militer islam kewilayah Barat dilakukakan.

C.    Kemajuan di Bidang Politik
Dalam bidang politik, Khilafah Bani Umayyah menyusun tata pemerintahan baru, untuk memenuhi tuntutan perkembangan wilayah dan administrasi kenegaraan yang semakin kompleks. Selain mengangkat majelis penasehat sebagai pendamping. Khilafah Bani Umayyah dibantu oleh beberapa orang Sekretaris untuk membantu pelaksanaan tugas, yaitu :
a.       Katib Ar Rasaail, sekretaris yang bertugas menyelenggarakan administrasi dan surat menyurat dengan pembesar setempat.
b.      Katib Al Kharaj, sekretaris yang bertugas menyelenggarakan penerimaan dan pengeluaran negara.
c.       Katib Al Jundi, sekretaris yang bertugas menyelenggarakan berbagai hal yang berkaitan dengan ketentaraan.
d.      Katib As Syurthahk, sekretaris yang bertugas menyelenggarakan pemeliharaan keamanan dan ketertiban umum.
e.       Katib Al Qaadhi, sekretaris yang bertugas menyelenggarakan tertib hukum melalui badan-badan peradilan dan hakim setempat.

D.    Kemajuan di Bidang Sosial Budaya
Dalam bidang sosial budaya, Khilafah Bani Umayyah telah membuka kontak antar bangsa-bangsa muslim (Arab) dengan negeri taklukan yang terkenal memiliki tradisi luhur seperti Persia, Mesir, Eropa dan lainnya. Hubungan terebut melahirkan kreatifitas baru yang menakjubkan dibidang seni dan ilmu pengetahuan. Bidang seni, terutama seni pembangunan (Arsitektur), masa ini mencatat suatu pencapaian yang gemilang, seperti Qubah Al-Sahradi Jerussalem menjadi monument terbaik sehingga tidak berhenti-henti dikagumi orang. Perhatian terhadap sastra juga meningkat, terbukti lahirnya tokoh-tokoh besar seperti Al Athal, Farazdag, Jurair, dan lainnya.
Banyak yang menganggap negatif dari satu sisi pada masa ini, tetap ada kemajuan yang menonjol dan mengambil kedudukan yang layak. Bahasa Arab adalah ahli syair dan penggemarnya (rakyat biasa dan kaya) memberikan kedudukan dari para penyair itu dengan memberikan hadiah yang cukup besar dan memuaskan.

E.     Kemajuan dalam Bidang Perluasan Wilayah / Ekspansi
Masa pemerintahan Bani Umayyah pada usaha perluasan wilayah dan penaklukan yang terhenti sejak zaman dua Khilafah Rasyidin terakhir menjadi perhatian yang lebih karena terkenal sebagai suatu era agresif. Dalam jangka waktu 90 tahun, banyak bangsa diempat penjuru mata angin beramai-ramai masuk kedalam kekuasaan Islam seperti tanah Spanyol, seluruh wilayah Afrika Utara, Jaziah Arab, Syaria, Palestina, sebagian wilayah Anatolia, Irak, Afganistan, India, dan negeri yang sekarang dinamakan Turkmenistan, Uzbekistan, dan Kirgiztan yang termasuk Soviet Rusia.[11] Menurut Prof. Ahmad Syalabi, penaklukan militer dizaman Umayyah mencangkup tiga front, yaitu : (1) Front melawan Bangsa Romawi di Asia kecil menjadi sasaran utama untuk pengepungan di Ibukota Konstatinopel dan penyerangan kepulau-pulau di Laut Tengah,(2) Front Afrika Utara menundukan daerah hitam Afrika, pasukan muslim menyebrangi selat Gibraltar dan masuk ke Spanyol, (3) Front Timur menghadapi wilayah yang sangat luas, sehingga beroperasi ke jalur Utara didaerah-daerah disebrang sungai Jihun (Ammu Darya) dan jalur Selatan yang menyusuri Sind, wilayah India bagian Barat.
Ketika kedaulatan dipegang oleh Muawiyyah ibn Abi Sofyan dan tahun-tahun terakhir dari zaman kekuasaan Abdul Malik menjadi ekspansi yang sangat mengesankan pada masa Bani Umayyah. Pada masa pemerintahan Muawiyyah diraih kemajuan besar dalam ekspansi, meskipun beberapa tempat masih bersifat rintisan. Peristiwa yang paling terlihat keberaniannya pada saat mengepung Konstatinopel melalui ekspedisi yang dipusatkan di Kota Pelabuhan Dardanela, setelah menduduki pulau-pulau dilaut tengah. Muawiyah juga berhasil menaklukan kekuasaan sampai ke Sungai Oxus dan Afganistan.
Ekspansi ke Timur dirintis Muawiyah dan disempurnakan oleh Abul Malik ibn Marwan. Dibawah perintah Gubernur Irak, Hajjaj ibn Yusuf, tentara kaum muslimin menyeberangi sungai Ammu Darya dan me-nundukan Balkh, Bukhara, Khawarizm, Farghana, dan Samarkand. Pasukan islam melalui Makran masuk ke Balukhistan, Sind dan Punjab sampai ke Multan. Menjadikan Islam petama kalinya menginjakkan kaki di Bumi India.

F.     Kemajuan dalam Bidang Ilmu Pengetahuan
Dalam bidang Ilmu Pengetahuan, menurut Jurji Zaidan (George Zaidan) ada beberapa kemajuan di bidang ini, yaitu  :
a.       Pengembangan Bahasa Arab
Bahasa Arab dipakai sebagai bahasa resmi Negara. Baik ditanah Arab maupun didaerah kekuasaan, seperti Roma dan Persia. Pembukuan dan surat-menyurat memakai bahasa Arab.
b.      Marbad Kota Pusat Kegiatan Ilmu
Khilafah Bani Umayyah mendirikan sebuah kota kecil yaitu kota satelit dari Damaskus sebagai pusat kegiatan ilmu pengetahuan dan kebudayaan yang bernama Marbad. Kota ini menjadi tempat berkumpulnya para Pujangga, Filsuf, Ulama, Penyair, dan Cendikiawan. Sehingga kota ini diberi gelar  Ukadz-nya Islam.
c.       Ilmu Qiraat
Ilmu Qiraat adalah ilmu seni baca Al-qur’an. Ilmu Qiraat merupakan ilmu syariat tertua, dibina sejak zaman Khulafaur Rasyidin, dikembangluaskan pada masa Khilafah Umayyah sehingga menjadi cabang ilmu syariat yang sangat penting. Lahirlah para Ahli Al-qur’an ternama seperti Abdullah ibn Qushair (120H) dan Ashim ibn Nujud (127H).
d.      Ilmu Tafsir
Memahami Al-qur’an sebagai kitab suci, perlu interpretasi pemahaman secara komprehensif. Minat untuk menafsirkan Al-qur’an dikalangan umat bertambah dan pada masa perintisan ilmu tafsir, Mujahid (104 H) adalah ulama yang membukukan ilmu tafsir.
e.       Ilmu Hadits
Kaum muslimin yang mempelajari tentang Al-qur’an, ada satu hal yang dibutuhkan, yaitu ucapan-ucapan Nabi disebut juga Hadits. Oleh sebab itu, dikumpulkan hadis dan menyelidiki asal usul atau sumber sehingga menjadi satu ilmu hadis yang berdiri sendiri yang dinamakan ilmu hadits.
f.       Ilmu Fiqih
Pada masa itu, Islam menjadi Daulah dan para penguasa perlu adanya peraturan-peraturan untuk menjadikan pedoman dalam menyelesaikan berbagai masalah. Mereka mengeluarkan syariat dari Al-qur’an dan Hadits untuk mengatur pemerintahan dan memimpin rakyat. Al-qur’an adalah dasar fiqih Islam dan ahli fiqih yang terkenal adalah Sa’ud ibn Musib dan Kharijah.
g.      Ilmu Nahwu
Karena lebih luasnya wilayah islam dan banyak orang ajam(non-Arab) yang masuk islam, maka ilmu nahwu sangat dibutuhkan, untuk mempelajari bahasa Arab ataupun Islam.
h.      Ilmu Jughrafi dan Tarikh
Ilmu yang dilahirkan pada masa ini, yakni ilmu Jughrafi (Ilmu geografi) dan ilmu Tarikh (ilmu sejarah). Pada masa inilah berkembang dan berdiri sendiri.

i.        Usaha penerjemahan
Untuk kepentingan pembinaan dakwah islamiah, banyak buku-buku dari bahasa dan literatur lain diterjemahkan. Seperti buku tentang ilmu kimia, ilmu astronomi, ilmu falak, ilmu fisika dan kedokteran.

G.    Penyebab kemunduran Dinasti Bani Umayyah
Ada beberapa faktor yang menyebabkan dinasti Bani Umayyah lemah dan hancur. Diantara lain adalah :
a.       Sistem pergantian khalifah melalui garis keturunan. Ketidakjelasan sistem pergantian khalifah ini menyebabkan terjadinya persaingan tidak sehat dikalangan anggota keluarga istana.
b.      Latar belakang terbentuknya dinasti Bani Umayyah tidak bisa dipisahkan dari konflik – konflik politik yang terjadi di masa Ali. Sisa – sisa Syi’ah (pengikut Ali) dan Khawarij menjadi gerakan oposisi, baik secara terbuka awal dan akhir maupun tersembunyi.
c.       Pada masa kekuatan Bani Umayyah, pertentangan etnis antara suku Arabia Utara (Bani Qays) dan Arabia Selatan (Bani Kalb) yang sudah ada sejak sebelum Islam makin meruncing. Perselishan ini mengakibatkan para pengusaha Bani Umayyah mendapatkan kesulitan untuk menggalang persatuan dan kekuatan.
d.      Lemahnya pemerintahan daulat Bani Umayyah disebabkan oleh sikap hidup mewah dilingkungan istana sehingga anak-anak khilafah tidak sanggup menanggung beban berat kenegaraan. Disamping itu, golongan agama merasa kecewa karena kurang perhatian penguasa terhadap perkembangan agama.
e.       Penyebab langsung tergulingnya kekuasaan dinasti Bani Umayyah adalah munculnya kekuatan baru yang dipelopori oleh keturunan al-Abbas ibn Abd al-Muthalib.
f.       Kekuasaan wilayah yang sangat luas, tidak sebanding dengan komunikasi yang menyebabkan keamanan dan kejadian – kejadian yang terjadi dapat dideteksi.


H.    Analisis pemakalah
Pada masa Khilafah Rasyidin mulai mengenal peradaban dan mengalami kemajuan dibidang ekonomi, perluasan wilayah, seni budaya, politik dan ilmu pengetahuan. Prestasi ini menghasilkan banyak para Ahli dan Ulama baru karena berkembang dan majunya dibidang Ilmu pengetahuan seperti Tafsir, Fiqih, Hadits, Nahwu, Usaha Penerjemah, Jughrafi dan Tarikh. Bahasa Arab diperkuat ketika bahasa tersebut dijadikan bahasa Resmi pemerintahan dan diajarkan kepada kaum muslimin. Khilafah Bani Umayyah mengalami kemunduran dan penyebabnya adalah sistem pergantian Khilafah selanjutnya melalui garis keturunan, konflik politik yang terjadi oleh pengikut Ali, pertengkaran etnis antara suku Arabia Utara dan Arabia Selatan, hidup mewah para khilafah, konflik keagaaman, komunikasi buruk dan ancaman dari luar dan penguasan baru.












BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Berdasarkan pembahaasan tentang Sejarah Peradaban Islam pada masa Khilafah Umayyah, maka pada akhir pembahasan kali ini ada beberapa kesimpulan yang dapat kami tarik, yaitu :
1.      Sejarah awal berdirinya kekhilafahan Bani Umayyah dari berakhirnya masa pemerintahan khilafah Rasyidin yang dipimpin oleh Ali ibn  Abi Thalib. Kemudian beralih ke Hasan ibn Ali. Namun, Hasan membuat perjanjian kepada Muawiyah untuk mempersatu umat Islam. Dengan kekuasaannya Muawiyah, maka kekhalifahan Bani Umayyah dimulai dengan sistem monarcy.
2.      Kemajuan bidang ekonomi ditandai dengan meningkatnya anggaran pemerintahan untuk berbagai pekerjaan umum, diantaranya pem-bangunan sarana prasarana dan masjid-masjid diberbagai provinsi dan pembangunan Qubbah al-Sahra di Jerussalem.
3.      Kemajuan bidang politik, Khilafah Bani Umayyah menyusun tata pemerintahan baru, untuk memenuhi tuntutan perkembangan wilayah dan administrasi kenegaraan yang semakin kompleks. Selain mengangkat majelis penasehat sebagai pendamping dan dibantu oleh beberapa orang Sekretaris untuk membantu pelaksanaan tugas.
4.      Kemajuan bidang sosial budaya, Khilafah Bani Umayyah telah membuka kontak antar bangsa-bangsa muslim (Arab) dengan negeri taklukan yang terkenal memiliki tradisi nan luhur seperti Persia, Mesir, Eropa dan lainnya. Hubungan terebut melahirkan kreatifitas baru yang menakjubkan dibidang seni dan ilmu pengetahuan.
5.      Masa pemerintahan Bani Umayyah pada usaha perluasan wilayah dan penaklukan yang terhenti sejak zaman dua Khilafah Rasyidin terakhir menjadi perhatian yang lebih karena terkenal sebagai suatu era agresif. Dalam jangka waktu 90 tahun, banyak bangsa diempat penjuru mata angin beramai-ramai masuk kedalam kekuasaan Islam seperti tanah Spanyol, seluruh wilayah Afrika Utara, Jaziah Arab, Syaria, Palestina, sebagian wilayah Anatolia, Irak, Afganistan, India, dan negeri yang sekarang dinamakan Turkmenistan, Uzbekistan, dan Kirgiztan yang termasuk Soviet Rusia.
6.      Kemajuan dibidang ilmu pengetahuan menurut Jurji Zaidan, seperti : (a) Perkembangan Bahasa Arab (b) Marbad kota sebagai pusat kegiatan ilmu , dan (c) perkembangan ilmu Qaraat, Fiqih, Tafsir, Hadits, Nahwu, Usaha Penerjemah, Jughrafi dan Tarikh .
7.      Faktor penyebab kemuduran Khilafah Bani Umayyah
a.       Sistem pergantian khilafah menjadi garis keturunan atau monarchy.
b.      Latarbelakang terbentuknya Bani Umayyah tidak lepas dari konflik-konflik politik.
c.       Pada masa Khilafah Bani Umayyah pertentangan etnis antara suku Arabia Utara (Bani Qays) dan Arabia Selatan (Bani Kalb).
d.      Lemahnya khalifah Bani Umayyah disebabkan oleh sikap hidup mewah.
e.       Munculnya kekuatan yang dipelopori oleh keturunan al-Abbas ibn Abd al-Muthalib.
f.       Kekuasaan wilayah yang sangat luas, tidak sebanding dengan komunikasi yang menyebabkan keamanan dan kejadian–kejadian yang terjadi dapat dideteksi.

B.  Saran
Demikianlah pembahasan tentang sejarah peradaban islam pada masa Khilafah Bani Umayyah yang tentunya dapat dilihat, dimengerti dari sudut pandang yang berbeda. Penulis menyadari banyak terdapat kekeliruan dalam penulisan makalah ini, maka penulis mengharapkan masukan dan kritikan yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Atas masukan, kritik dan sarannya penulis ucapkan terimakasih.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Usairy, Ahmad.2003.Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Adam hingga
Abadd XX. Jakarta:Akbar Media Eka Sarana.
Amstrong,Karen.2014.Sejarah Islam.Bandung:PT.Mizan Pustaka.
Istianah.2008.Sejarah Peradaban Islam.Malang:UIN-Malang Press.
Munir, Amin Samsul.2010.Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Amzah.
Rofiq, Choirul.2009.Sejarah Peradaban Islam.Yogyakarta:Nadi Offset.
Tahrir, Hizbut.2006.Struktur Negara Khilafah.Jakarta: HTI-Press.
Yatim,Badri.2001.Sejarah Peradaban Islam.Jakarta:PT.RajaGrafindo
Persada.



[1] Karen Amstrong, Sejarah Islam ( Bandung: PT. Mizan Pustaka , 2014) hlm. 93
[2] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 2001) hlm. 40
[3] Istianah, Sejarah Peradaban Islam (Malang :UIN-Malang Press,2008) hlm.43
[4] Hizbut Tahrir, Struktur Negara Khilafah (Jakarta : HTI-Press,2006) hlm.35
[5] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 2001) hlm.42
[6] Ibid., hlm.43
[7] Ahmad Al-Usairy, Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Adam hingga Abadd XX (Jakarta:Akbar Media Eka Sarana, 2003) hlm. 184
[8] Ibid., hlm.184
[9] Ibid., hlm.185
[10] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 2001) hlm.44-45
[11] Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Amzah, 2010) hlm. 129

Tidak ada komentar:

Posting Komentar